1 November 2024 10:22 am

Diskusi.3: Analisis Teori Gaya Kepemimpinan Tokoh Dunia

Diskusi.3: Analisis Teori Gaya Kepemimpinan Tokoh Dunia
Saudara mahasiswa, coba anda amati perilaku para pemimpin dunia, kemudian golongkan ke dalam beberapa teori jelaskan ciri dan alasannya
1. Teori Kontingensi : Path Goal theory, LPC Contingency Model, Leaders member Exchange Theory, Hersey and Blanchard Situasional Theory, Leader Participation model,
2. Teori Atribusi kepemimpinan: teori Penyimpulan terkait, teori sumber perhatian dalam kesadaran, teori atribusi internal dan eksternal
3. Kepemimpinan Transformational

JAWABAN DISKUSI NO 1

1. Franklin D. Roosevelt (Path-Goal Theory)

Menurut analisis saya, Franklin D. Roosevelt (FDR) seorang presiden Amerika Serikat ke-32 merupakan seorang pemimpin kelas dunia yang sesuai dengan Salah satu teori yakni teori Path-Goal, terutama melalui dukungannya yang kuat terhadap rakyat Amerika saat menghadapi Depresi Besar dan Perang Dunia II. Alasannya karena menurut teori ini, pemimpin dapat memotivasi pengikut dengan memengaruhi persepsi mereka tentang hasil dari berbagai usaha (House & Mitchell, 1974). Hal ini sesuai dengan Rosevelt di mana dia kerap kali mempengaruhi persepsi rakyat Amerika misalnya dengan cara memperkenalkan serangkaian program ekonomi seperti contohnya yang dikenal sebagai New Deal. Program ini mencakup proyek-proyek infrastruktur besar-besaran, seperti pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum yang didanai oleh pemerintah sehingga meningkatkan motivasi dan harapan rakyat bahwa usaha keras mereka dapat membawa pada perbaikan ekonomi. Pendekatan ini sesuai dengan teori Path-Goal, di mana pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menciptakan pandangan optimis terhadap hasil yang dapat dicapai melalui upaya bersama dan meningkatkan motivasi mereka dalam menghadapi tantangan besar.

2. John F. Kennedy (LPC Contingency Model)

John F. Kennedy (Presiden Amerika Serikat ke-35) di sisi lain menurut saya lebih cocok dianalisis melalui LPC Contingency Model yang dikembangkan oleh Fiedler. Model ini mengukur efektivitas pemimpin dengan memperhatikan tiga variabel situasional: hubungan pemimpin-pengikut, struktur tugas, dan kekuasaan posisi. Dalam situasi yang moderat, pemimpin dengan Least Preferred Co-worker (LPC) tinggi lebih efektif (Fiedler, 1967). Alasannya karena Kennedy dikenal sebagai pemimpin yang memiliki LPC tinggi, khususnya dalam menghadapi Krisis Rudal Kuba, situasi yang kompleks dan moderat. Dengan mempertimbangkan hubungan baik dengan penasihatnya serta menunjukkan diplomasi cermat terhadap Uni Soviet, Kennedy dapat menyelesaikan konflik dengan damai. Hal ini menunjukkan efektivitasnya dalam situasi moderat, sesuai dengan prediksi LPC Contingency Model, di mana ia lebih unggul dalam situasi yang mengutamakan hubungan dan diplomasi.

3. Satya Nadella (Leader-Member Exchange Theory - LMX Theory)

Satya Nadella, CEO Microsoft, adalah contoh pemimpin yang sangat baik jika dilihat dari perspektif teori Leader-Member Exchange (LMX). LMX menekankan hubungan dan kualitas interaksi antara pemimpin dan masing-masing anggota tim, mengakui bahwa hubungan yang lebih dekat dapat meningkatkan komitmen dan produktivitas anggota (Graen & Uhl-Bien, 1995). Alasan kenapa Satya Nadella karena dia telah menciptakan budaya kolaborasi di Microsoft dan mendorong lingkungan yang terbuka, ini memungkinkan hubungan yang lebih personal dan bermakna antara manajer dan tim mereka. Selain itu, Nadella juga berfokus pada kesejahteraan anggota timnya dan sering terlibat langsung dalam proses pengembangan keterampilan mereka, membangun kepercayaan dan menginspirasi mereka untuk lebih berinovasi. Melalui pendekatan ini, menurut saya Nadella berhasil meningkatkan kualitas hubungan dengan anggota timnya dan menunjukkan cara efektif untuk membangun LMX yang tinggi, di mana karyawan merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk mencapai tujuan bersama.

4. Mary Barra (Hersey and Blanchard’s Situational Theory)

Mary Barra, CEO General Motors, dapat dianalisis menggunakan teori Situasional Hersey dan Blanchard yang mengusulkan bahwa kepemimpinan efektif tergantung pada kecocokan gaya kepemimpinan dengan tingkat kesiapan pengikut (Hersey & Blanchard, 1977). Barra telah menunjukkan fleksibilitas dalam kepemimpinannya, terutama saat memimpin GM dalam perubahan teknologi dan inovasi dalam mobil listrik. Ketika GM beralih ke arah kendaraan listrik, Barra menerapkan gaya kepemimpinan yang mendukung dan partisipatif untuk karyawan yang lebih baru dalam bidang tersebut, sementara dalam area yang lebih mapan, ia lebih mendominasi dengan memberikan instruksi langsung. Pendekatan ini menunjukkan kemampuannya menyesuaikan gaya kepemimpinan sesuai dengan kesiapan tim, konsisten dengan teori situasional yang menekankan adaptasi gaya sesuai kebutuhan dan kemampuan anggota tim.

5. Elon Musk (Leader Participation Model)

Elon Musk, CEO dari Tesla dan SpaceX, dapat dianalisis melalui Model Partisipasi Pemimpin (Leader Participation Model) yang dikembangkan oleh Vroom dan Yetton, yang mengutamakan keterlibatan anggota dalam proses pengambilan keputusan, bergantung pada kompleksitas situasi dan kebutuhan tim (Vroom & Yetton, 1973). Kang Elon dikenal karena mengintegrasikan partisipasi secara terbuka dalam berbagai proyek yang dia kelola, terutama ketika menghadapi keputusan teknis yang kompleks. Bahkan dalam beberapa kasus, Elon kerap kali memberikan otonomi kepada tim tekniknya untuk bereksperimen dan berinovasi dengan sedikit pengawasan langsung, terutama di Tesla dan SpaceX. Namun, dalam pengambilan keputusan yang lebih strategis atau dalam situasi darurat, Musk lebih aktif dalam memberikan arahan langsung. Menurut saya pendekatannya ini sesuai dengan Leader Participation Model, alasan utamanya karena ia selalu menyesuaikan tingkat partisipasinya berdasarkan situasi dan pentingnya keputusan tersebut, hal ini memungkinkan anggota tim untuk terlibat sambil tetap mempertahankan otoritas pemimpin dalam situasi yang bahkan kritis.

JAWABAN DISKUSI NO 2

a. Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference)

Teori Penyimpulan Terkait menekankan bahwa perilaku pemimpin sering kali menjadi sumber informasi yang kaya untuk menilai efektivitasnya. Salah satu contoh adalah Winston Churchill. Dalam masa Perang Dunia II, Churchill menunjukkan keberanian dan tekad yang kuat, terutama saat menghadapi ancaman invasi Jerman. Keberaniannya untuk berbicara tegas kepada rakyat Inggris dan mengambil langkah-langkah langsung dalam mempertahankan negara mengukuhkan reputasinya sebagai pemimpin yang berani dan visioner. Persepsi bawahan dan rakyatnya terhadap ketegasan dan keberanian Churchill membentuk interpretasi efektivitas kepemimpinannya dalam menghadapi krisis.

b. Teori Sumber Perhatian dalam Kesadaran (Conscious Attentional Resources)

Teori ini menunjukkan bahwa persepsi bawahan terhadap pemimpin dibentuk oleh cara pemimpin mengelola perhatian mereka pada aspek-aspek tertentu. Lee Kuan Yew, pemimpin Singapura, adalah contoh yang menonjol dalam hal ini. Lee berhasil mengubah Singapura dari negara berkembang menjadi salah satu pusat finansial dunia melalui fokus pada keteraturan, kedisiplinan, dan pengembangan ekonomi. Pendekatannya yang sangat fokus pada kebijakan ekonomi dan kebersihan kota serta peraturan ketat menciptakan persepsi pengikutnya bahwa ia adalah pemimpin yang sangat berorientasi pada hasil. Cara Lee mengarahkan perhatian pada isu-isu penting negara untuk menciptakan kesejahteraan dan kemajuan menunjukkan bahwa persepsi pengikut tentang stabilitas dan kemajuan Singapura tercermin dari caranya mengelola prioritas nasional.

c. Teori Atribusi Internal dan Eksternal

Teori Atribusi Internal dan Eksternal berfokus pada bagaimana efektivitas pemimpin dapat diatribusi kepada kualitas internal dan situasi eksternal. Shinzo Abe, mantan Perdana Menteri Jepang, adalah contoh pemimpin Asia yang menggambarkan teori ini. Abe berhasil menstabilkan ekonomi Jepang melalui kebijakan yang dikenal sebagai "Abenomics," yang mencakup tiga kebijakan utama: pelonggaran moneter, stimulus fiskal, dan reformasi struktural. Pengikutnya mengatribusi keberhasilannya pada kualitas internal, seperti kemampuan kepemimpinannya dalam memahami ekonomi dan stabilitas politik, namun juga pada faktor eksternal, yakni kondisi ekonomi global yang mendesak Jepang untuk melakukan reformasi ekonomi besar-besaran. Persepsi publik terhadap kepemimpinannya terbangun melalui kemampuan Abe untuk mengelola tantangan ekonomi domestik dengan cara yang progresif namun berorientasi pada hasil.

JAWABAN DISKUSI NO 3

Menurut saya, Mark Zuckerberg bisa kita golongkan sebagai pemimpin transformasional. Pemimpin jenis ini berusaha meningkatkan kesadaran pengikutnya dengan mengarahkan mereka pada cita-cita dan nilai moral yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Burns dan Bass (1990), yang membedakan kepemimpinan transformasional dari kepemimpinan karismatik dan transaksional. Pemimpin transformasional mampu membuat pengikutnya lebih menghargai arti pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi, dan mendorong mereka untuk memprioritaskan kepentingan organisasi. Dalam konteks ini, Zuckerberg sudah menunjukkan ciri-ciri yang jelas dari seorang pemimpin transformasional. Ia tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga pada dampak sosial jangka panjang melalui berbagai inovasi dan visi besar.

Ciri-Ciri Kepemimpinan Transformasional pada Mark Zuckerberg

1. Visi Jangka Panjang yang Revolusioner
Zuckerberg memiliki visi jangka panjang yang sangat kuat. Contohnya, dengan rebranding Facebook menjadi Meta, ia berusaha membawa perusahaannya ke dunia baru yang disebut “metaverse.” Bagi saya, langkah ini mencerminkan salah satu ciri utama pemimpin transformasional, yaitu memiliki visi yang melampaui kepentingan sesaat. Zuckerberg tidak hanya memikirkan keuntungan saat ini tetapi juga memproyeksikan bagaimana teknologi dapat mengubah cara kita berinteraksi di masa depan.

2. Inspirasi dan Meningkatkan Kesadaran Moral Pengikut
Zuckerberg telah mengubah Facebook dari sekadar platform pertemanan menjadi sarana untuk membangun komunitas dan menyebarkan informasi. Ia menginspirasi karyawannya untuk berkontribusi dalam menciptakan dampak sosial yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan kepemimpinan inspirasional dalam teori transformasional, di mana pemimpin tidak hanya fokus pada hasil bisnis tetapi juga pada nilai moral yang lebih luas. Dengan demikian, Zuckerberg mengajak kita untuk melihat teknologi sebagai alat untuk menghubungkan orang dan menyebarkan nilai-nilai positif.

3. Perhatian Terhadap Pengembangan Individu dan Pemikiran Kritis
Dalam budaya kerja di Meta, Zuckerberg memberikan ruang bagi karyawannya untuk berpikir kreatif dan mencoba hal-hal baru. Contohnya, perusahaan mendorong karyawan untuk terlibat dalam proyek eksperimental, yang memberi mereka kesempatan belajar dan tumbuh secara profesional. Kepedulian Zuckerberg terhadap pengembangan setiap individu ini mencerminkan aspek “perhatian yang diindividualisasi” dan “stimulasi intelektual” dalam kepemimpinan transformasional.

4. Karisma dan Kepercayaan dari Pengikut
Zuckerberg memiliki karisma yang besar di mata para pengikutnya. Karisma ini membantunya membangun kepercayaan dan loyalitas karyawan, yang siap mendukung perubahan besar yang diinisiasi perusahaan. Dalam teori kepemimpinan transformasional, karisma pemimpin memainkan peran penting dalam menciptakan motivasi yang melebihi harapan dasar. Saya melihat bahwa Zuckerberg bukan hanya bos, tetapi juga inspirasi bagi mereka yang bekerja di bawahnya.

Berdasarkan karakteristik di atas, saya menyimpulkan bahwa Mark Zuckerberg memang seorang pemimpin transformasional. Dengan visi yang kuat, inspirasi pada nilai moral, perhatian terhadap individu, dan karisma, ia telah berhasil membawa perubahan besar dalam cara kita berinteraksi di dunia digital. Zuckerberg tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga pada dampak sosial yang luas, yang menunjukkan bagaimana kepemimpinan transformasional dapat membawa kita melampaui ekspektasi. Sekian pemaparan diskusi dari saya, terima kasih.
...
Ingin Tuton/TMK kamu jadi lebih mudah dan Cepet Kelar dengan bantuan AI? Dapatkan Template AI buat nugas, belajar, dan lainnya di BCB Academy (Klik di sini untuk selengkapnya!).

Yuk, bagikan tulisan ini untuk menginspirasi lebih banyak teman mahasiswa lainnya untuk belajar dan mengerjakan tugas tepat waktu!

Daftar Pustaka

  • Bass, B. M. (1990). From transactional to transformational leadership: Learning to share the vision. Organizational Dynamics, 18(3), 19-31.
  • Enceng, L., Aslichati, L., Wulandari, F. R., & Purwanto, A. J. (2014). Kepemimpinan (Edisi ke-2). Universitas Terbuka.
  • Fiedler, F. E. (1967). A theory of leadership effectiveness. McGraw-Hill.
  • Graen, G. B., & Uhl-Bien, M. (1995). Relationship-based approach to leadership: Development of leader-member exchange (LMX) theory of leadership over 25 years: Applying a multi-level multi-domain perspective. The Leadership Quarterly, 6(2), 219-247.
  • Hersey, P., & Blanchard, K. H. (1969). Life cycle theory of leadership. Training and Development Journal, 23(5), 26-34.
  • House, R. J., & Mitchell, T. R. (1974). Path-goal theory of leadership. Journal of Contemporary Business, 3(4), 81-97.
  • Vroom, V. H., & Yetton, P. W. (1973). Leadership and decision-making. University of Pittsburgh Press.

Kata Kunci: kepemimpinan transformasional, pengembangan kepribadian, motivasi karyawan, efektivitas kepemimpinan, inovasi bisnis