29 November 2024 2:13 pm

Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)

Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)
Pernahkah kamu membayangkan bagaimana pengalaman mengajarkan Bahasa Indonesia kepada masyarakat asing misalnya di Inggris? Tentu, tantangannya sangat berbeda dari mengajar di Indonesia.

Saat ini, program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) semakin populer, termasuk di Inggris.

BIPA adalah singkatan dari Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. BIPA merupakan program pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan berbahasa Indonesia kepada penutur asing. Tujuannya adalah agar penutur asing dapat berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan.

Tujuan BIPA

Program BIPA bertujuan untuk:
  1. Memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia kepada orang asing.
  2. Menyebarluaskan bahasa Indonesia.
  3. Menyampaikan informasi tentang Indonesia.
  4. Mendukung keberhasilan diplomasi kebahasaan Indonesia di dunia internasional.
Materi pembelajaran BIPA meliputi keterampilan menyimak, menulis, membaca, dan berbicara.Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, telah mengembangkan BIPA Daring, yaitu portal yang menyediakan layanan untuk program BIPA.

Mengapa program ini penting?

Karena banyak individu yang tertarik untuk mempelajari budaya Indonesia melalui bahasa. Mulai dari alasan untuk berlibur, kebutuhan bisnis, hingga tujuan akademik, semua menjadikan BIPA sebagai program yang relevan dan diminati.

Mari kita telusuri lebih dalam mengenai BIPA di berbagai institusi seperti KBRI London, SOAS Language Centre, hingga Royal Botanical Garden, Kew berdasarkan sesi pembelajaran bersama Ibu Dorothy Ferary, M.Sc., Ketua APPBIPA Inggris dalam acara Kuliah Umum Universitas Negeri Jakarta Fakultas Bahasa dan Seni “Peluang dan Tantangan Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) di Inggris”

Kuliah Umum Universita Negeri Jakarta  Fakultas Bahasa dan Seni “Peluang dan Tantangan Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) di Inggris” Pemateri Ibu Dorothy Ferary, M.Sc., Ketua APPBIPA Inggris
Kuliah Umum Universita Negeri Jakarta Fakultas Bahasa dan Seni “Peluang dan Tantangan Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) di Inggris” Pemateri Ibu Dorothy Ferary, M.Sc., Ketua APPBIPA Inggris

Membahas BIPA: Peluang Besar bagi Pengajar Bahasa Indonesia

Seperti yang kita tahu, Inggris terdiri atas empat negara, yaitu Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Namun, Inggris yang dimaksud dalam BIPA adalah England.

Badan Bahasa membuka peluang setiap tahun dengan menyediakan lowongan sebagai pengajar BIPA. Ibu Dorothy, sebagai penguji BIPA, bekerja sama dengan Dominic Jermey, duta bahasa Inggris.

Sebagai pengajar, kita harus mempersiapkan diri dengan baik. Dalam proses pengajaran, kita harus memahami siapa yang diajar, mempelajari berbagai hal baru, dan terus memperbarui ilmu untuk memastikan pengajaran berjalan efektif.

Motif Pembelajar BIPA Belajar BIPA

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) (150 orang), 5 motif terbanyak adalah:
  • Sebagai hobi/hiburan - suka belajar bahasa (yang dipelajari mengenai hobi, makanan kesukaan, film kesukaan, dan hal-hal yang berkaitan dengan pribadi kita).
  • Liburan ke Indonesia (yang dipelajari mengenai makanan khas Indonesia, kesenian, monumen nasional, tempat bersejarah, dan hal-hal yang berkaitan dengan negara Indonesia).
  • Mengunjungi keluarga (yang dipelajari mengenai pohon keluarga, budaya keluarga, cara bertamu, proses pernikahan, dan punya anak).
  • Tujuan akademik
  • Tujuan kerja/bisnis.
Motif lainnya:
  • Berbicara dengan pasangan.
  • Iseng (karena ditawarkan gratis).
  • Penasaran.
Penting sebelum masuk ke dalam kelas mengajar BIPA untuk mengetahui siapa pembelajarnya, apa yang diinginkan dari pembelajar, supaya ekspektasi mereka terpenuhi. Namun di saat yang sama, akan sulit untuk mengintegrasikan ekspektasi banyak pembelajar, karena jumlah pembelajar yang lebih banyak dari pengajarnya.

Kurikulum BIPA di Inggris

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) London

Materi: buku “Sahabatku Indonesia”

Metode pembelajaran:
  • Menyenangkan (menonton, bermain, dll).
  • Membangun empat keterampilan berbahasa, tetapi penekanan pada percakapan.
  • Tidak ada tugas/PR dan tidak ada tes akhir.
  • Topik yang dibahas lebih “santai.”

School of Oriental and African Studies (SOAS) Language Centre

Materi: Mandiri dari berbagai referensi.

Metode pembelajaran:
  • Akademik (diskusi, presentasi, dll).
  • Membangun empat keterampilan berbahasa, tetapi penekanan pada percakapan dan membaca.
  • Ada tugas/PR dan tes akhir.
  • Topik yang dibahas lebih “serius.”

Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO)

Materi: Buku “The Indonesian Way,” “Oxford Indonesian Grammar Student Guide Book, ” dan referensi yang relevan.
Metode pembelajaran:
  • Sesuai kurikulum FCDO
  • Mebangun empat keterampilan berbahasa, tetapi penekanan pada percakapan yang sesuai dengan pekerjaan.
  • Terdapat tes akhir.
  • Topik yang dibahas sesuai dengan tugas/pekerjaan.

Royal Botanical Garden, Kew

Materi: Mandiri dari berbagai referensi.
Metode pembelajaran:
  • Akademik.
  • Membangun empat keterampilan berbahasa, tetapi penekanan pada membaca dan menulis.
  • Terdapat tugas/PR, tidak ada tes akhir.
  • Topik yang dibahas berhubungan dengan botani.

Pendekatan Pembelajaran BIPA

Pendekatan Komunikatif (Littlewood, 1981)

  • Bahasa bukan sekadar seperangkat kaidah atau tata bahasa, melainkan sebagai sarana untuk berkomunikasi (Idris, n.d).
  • Pengajar bukan satu-satunya pemberi informasi/sumber belajar. Oleh karena itu, peserta didiknya juga diajak untuk aktif dengan membuat kelompok dan presentasi tugas yang diberikan.

Pendekatan Terpadu

  • Pembelajaran secara aktif dan menyeluruh yang memadukan beberapa pokok bahasan (Muliastuti, 2017, hlm.62).
  • Tidak hanya mengajarkan kosakata dan tata bahasa, tetapi juga mengajarkan kebudayaan, konteks sosial, politik, ekonomi, dll.

Teknik Pembelajaran BIPA

  1. Kegiatan sebelum kelas: membaca/mendengarkan lagu/menonton video, dll.
  2. Kegiatan di kelas: presentasi oleh pembelajar, kegiatan berkelompok/individu, pengajar memfasilitasi kegiatan belajar.
  3. Kegiatan setelah kelas: Pembelajar akan membuat video yang mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari, misalnya bagaimana cara mereka menggunakan bahasa Indonesia, apakah sudah tepat atau belum. Setelah itu akan diberi penilaian oleh pengajar BIPA.

Tantangan dalam Mengajar BIPA di Language Centre, SOAS University of London

  • Pembelajar berasal dari latar belakang yang berbeda-beda sehingga memiliki tujuan belajar yang berbeda.Oleh karena itu, dosen harus siap ditanya-tanya mahasiswanya.
  • Tidak semua pembelajar berbahasa ibu bahasa Inggris. Ada kalanya mereka susah untuk mengekspresikan diri.
  • Pola pikir kritis (hal ini juga merupakan potensi dalam mengembangkan bahan ajar).
  • Tidak semua pembelajar memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan setelah kelas.

Tantangan BIPA di KBRI London

  • Jumlah keseluruhan pembelajar KBRI London: 92 orang.
  • Kelas Beginner 1: 60 orang
  • Kelas Beginner 2: 22 orang
  • Kelas Intermediate: 10 orang
  • Kelas Advanced: 6 orang (tidak dibuka, karena tidak memenuhi batas minimalnya)

Tantangan BIPA di KBRI London:

  • Pembelajar tidak selalu menghadiri kelas.
  • Tidak ada tes masuk, sedangkan kemampuan setiap pembelajar berbeda-beda.
  • Tidak ada ujian akhir, lalu bagaimana mengukur kemampuan pembelajar?
  • Umur peserta yang beragam, sehingga tidak bisa disamaratakan cara mengajarnya.

FAQ: Pengajaran BIPA dan Volunteer di KBRI London

Bagaimana BIPA Mengajarkan Tentang Politik?

Jawaban: Pembahasan politik dalam pengajaran BIPA tidak dilakukan secara mendalam. Di kelas dasar, materi politik biasanya berkisar pada anggota keluarga Presiden Republik Indonesia, seperti Pak Jokowi. Namun, di tingkat kelas yang lebih lanjut (advance), pembelajaran politik dapat dilakukan melalui debat. Pendekatan ini disesuaikan dengan tingkat kelas para pembelajar.

Bagaimana Cara Menjadi Volunteer di KBRI London dalam Pengajaran BIPA?

Jawaban: Untuk menjadi volunteer BIPA di KBRI London, Anda dapat mencari informasi melalui akun media sosial resmi KBRI London, yaitu @indonesiainlondon. Informasi terbaru mengenai kesempatan volunteer biasanya diposting di sana.

Apakah IELTS Diperlukan untuk Menjadi Pengajar BIPA?

Jawaban: IELTS tidak menjadi persyaratan utama untuk menjadi pengajar BIPA. Yang lebih penting adalah keterampilan dan pengalaman mengajar. Anda dapat memperoleh pengalaman mengajar dengan mengajar adik kelas atau adik di SMA jika masih berstatus mahasiswa. Jika sudah menjadi senior, Anda bisa membantu junior dalam mengajar BIPA untuk menambah pengalaman.

Adakah Persyaratan IELTS untuk Menjadi Pengajar BIPA di London?

Jawaban: Ya, untuk pengajar BIPA yang bekerja di KBRI London, diperlukan sertifikat IELTS bagi mereka yang tidak tinggal di Inggris. Hal ini untuk memastikan kemampuan berbahasa Inggris yang memadai dalam lingkungan pengajaran internasional.

Apakah Terdapat Persyaratan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) untuk Menjadi Pengajar BIPA di London?

Jawaban: Ya, untuk menjadi pengajar BIPA yang dikirimkan oleh Badan Bahasa, calon pengajar harus memiliki sertifikat UKBI minimal tingkat Unggul. Selain itu, diperlukan juga surat keterangan baik. Namun, di Inggris, UKBI belum banyak dikenal sebagai standar karena masih dalam tahap perkembangan.

Mengapa Budaya di Pembelajaran BIPA Sangat Berpengaruh?

Jawaban: Budaya memainkan peran penting dalam pembelajaran BIPA karena membantu pembelajar memahami konteks bahasa yang diajarkan. Pengajaran nilai-nilai budaya melalui cerita membuat materi lebih mudah diingat dan dipahami. Selain itu, pengajar BIPA berperan sebagai duta besar Indonesia, memperkenalkan budaya Indonesia kepada pembelajar asing.

Karena Banyaknya Pembelajar BIPA, Apakah Waktu 15 Menit untuk Presentasi Cukup?

Jawaban: Ya, presentasi selama 15 menit biasanya cukup jika dilakukan oleh 1 hingga 2 orang. Setelah presentasi, sesi tanya jawab akan diadakan untuk meningkatkan keterampilan dialog para pembelajar. Manajemen waktu juga diajarkan sebagai bagian dari keterampilan yang penting.

Bagaimana Studi Kasus Digunakan untuk Mengajarkan BIPA?

Jawaban: Studi kasus digunakan terutama di kelas madya hingga akhir. Materi dapat meliputi perbandingan antara Indonesia dan Inggris dalam berbagai aspek, seperti kebijakan ekonomi dan transportasi publik. Contohnya, pembelajar akan menganalisis jumlah pengguna motor dan sepeda di Indonesia dibandingkan dengan Inggris. Jika ada pembelajar dari negara lain, mereka akan diminta untuk menghubungkan materi dengan keseharian mereka, sehingga relevan dan kontekstual.

Apakah Terdapat Persyaratan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) untuk Menjadi Pengajar BIPA di London?

Jawaban: Ya, calon pengajar BIPA yang dikirim oleh Badan Bahasa harus memiliki sertifikat UKBI minimal tingkat Unggul. Selain itu, mereka juga harus memiliki surat keterangan baik. Namun, di Inggris, UKBI belum menjadi standar yang umum dikenal karena masih dalam tahap pengembangan.

Bagaimana Perkembangan Minat Terhadap BIPA?

Jawaban: Seiring berjalannya waktu, minat terhadap BIPA semakin meningkat. Hal ini harus disambut dengan antusiasme tinggi untuk terus mengembangkan metode pengajaran dan memperluas jangkauan pembelajaran Bahasa Indonesia bagi penutur asing.

Penulis: Kania Salsabila
Editorial: Iwan Kurniawan

Kata Kunci:
  • Mengajar BIPA di Inggris
  • Peluang pengajar Bahasa Indonesia
  • Tantangan BIPA di Inggris
  • Pengalaman mengajar di London
  • Kursus BIPA internasional

Penulis: Kania Salsabila
Editorial: Iwan Kurniawan