1. INSTRUKSI TUGAS:2.
JAWABAN NO.11. Sumber Kekuasaan dalam Kepemimpinan2. Pelaksanaan Wewenang sebagai Pimpinan Organisasi3. Usaha untuk Profesional di Tengah Keuntungan dan Politik Intrik3.
JAWABAN NO 21. Peran Saya sebagai Bawahan apabila Harus Bertahan di Bawah Kepemimpinan Otoriter dan Oligarki4. Daftar Pustaka
Nama Mahasiswa : Iwan Kurniawan
NPM : 048879821
Mata Kuliah : Perilaku Organisasi ADPU4431 (Tugas 2)
Jurusan : Administrasi Bisnis
INSTRUKSI TUGAS:
Saudara mahasiswa tugas 2 anda kali ini anda diminta membuat analisis dalam bentuk word
A. Saat anda berperan sebagai pemimpin
Uraikan dari mana anda mendapatkan kekuasaan? bagaimana anda menjalankan wewenang anda sebagai pimpinan organisasi, apa usaha anda untuk profesional diantara keuntungan atau uang yang melimpah dengan politik yang penuh intrik?
B. Saat anda jadi bawahan
Uraikan cara anda bertahan di bawah kekuasaan dan kewenangan pimpinan yang otoriter dan oligarki? bagaimana anda membangun hubungan dengan sesama pegawai dan dengan pimpinan, pilar apa yang anda gunakan? Uraikan jawaban anda, berdasarkan modul referensi lainya harus tercantum.
JAWABAN NO.1
Sumber Kekuasaan dalam Kepemimpinan
Ketika saya menjabat sebagai ketua OSIS di SMA saya, saya mendapatkan kekuasaan dari beberapa sumber. Pertama, otoritas formal yang diberikan oleh organisasi dalam hal ini yaitu sekolah melalui pembina OSIS yang mengadakan pemilihan ketua OSIS yang dipilih langsung oleh semua siswa sehingga saya bisa memiliki jabatan atau kekuasaan resmi. Kedua, keahlian dan kompetensi saya dalam manajemen proyek dan kepeloporan di sekolah, yang membuat anggota sekolah menghormati dan mempercayai keputusan saya. Ketiga, hubungan interpersonal yang baik dengan semua siswa, yang saya bangun melalui komunikasi terbuka dalam menghimpun aspirasi. Menurut Chester L. Barnard, manajer harus mampu berinteraksi dengan pekerja sehingga bawahan mau memberikan kemampuan terbaiknya untuk mencapai tujuan organisasi (Stillman II, 1984). Hal ini sejalan dengan pengalaman saya dalam membangun kepercayaan dan kolaborasi di dalam organisasi OSIS yang waktu itu saya pimpin. Jadi, sebagai seorang pemimpin, saya mendapatkan kekuasaan dari sumber yang melegitimasi saya, antara lain seperti otoritas formal yang diberikan oleh organisasi, kompetensi dan keahlian yang saya miliki, serta hubungan interpersonal yang baik dengan bawahan atau anggota di dalam organisasi yang saya pimpin.
Pelaksanaan Wewenang sebagai Pimpinan Organisasi
Dalam menjalankan wewenang, saya akan mengedepankan komunikasi yang efektif dan supervisi yang bersahabat. Sebagai contoh, ketika perusahaan menghadapi perubahan besar dalam sistem operasional, saya mengadakan serangkaian pertemuan dengan tim untuk menjelaskan tujuan perubahan dan mendengarkan masukan mereka. Studi Hawthorne menunjukkan bahwa pekerja lebih produktif ketika terdapat komunikasi terbuka dan supervisi yang mendukung (Effendy, 2003).
Saya akan mendorong partisipasi aktif dari anggota tim dalam pengambilan keputusan. Misalnya, saat menentukan metode implementasi sistem baru, saya membentuk kelompok kerja yang terdiri dari anggota tim dengan berbagai keahlian. Mereka diberikan ruang untuk menyampaikan ide dan solusi, sehingga merasa dihargai dan termotivasi. Saya sadar bahwa keterlibatan para pekerja dalam keputusan meningkatkan motivasi dan produktivitas mereka juga saat bekerja.
Usaha untuk Profesional di Tengah Keuntungan dan Politik Intrik
Dalam situasi di mana perusahaan memperoleh keuntungan yang melimpah, seringkali muncul politik internal yang penuh intrik. Untuk menjaga profesionalisme, saya fokus pada integritas dan transparansi. Sebagai contoh, ketika ada tekanan dari pihak tertentu untuk memprioritaskan proyek yang kurang berdampak positif bagi perusahaan namun menguntungkan secara pribadi, saya tetap berpegang pada analisis objektif dan kepentingan organisasi. Saya juga akan menerapkan etika kerja yang tinggi dan menghindari praktik-praktik yang dapat merusak kepercayaan tim. Dengan mengedepankan komunikasi dan motivasi sebagai pilar utama, saya berusaha menciptakan lingkungan kerja yang etis dan profesional. Gibson et al. (1989) menekankan pentingnya motivasi dalam mempengaruhi arah perilaku dan ketahanan individu dalam organisasi. Oleh sebab itu, saya akan menggunakan motivasi lain untuk memicu kinerja organisasi selain karena motivasi uang saja.
JAWABAN NO 2
Peran Saya sebagai Bawahan apabila Harus Bertahan di Bawah Kepemimpinan Otoriter dan Oligarki
Di masa lalu, saya pernah bekerja di bawah pimpinan yang otoriter dan oligarki. Pimpinan tersebut cenderung mengambil keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangkan masukan dari bawahan. Untuk bertahan, saya fokus pada profesionalisme dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Saya juga berusaha memahami perspektif pimpinan dan mencari cara untuk menyelaraskan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. Menurut Elton Mayo, pentingnya komunikasi ke atas yang efektif untuk memahami sikap dan aspirasi karyawan (Effendy, 2003). Meskipun komunikasi ke atas dibatasi, saya mencoba menyampaikan ide dan masukan melalui laporan tertulis yang disusun secara konstruktif.
Untuk membangun hubungan yang baik dengan sesama pegawai, saya terbiasa dalam mengedepankan kerja sama tim dan saling mendukung. Bahkan kerap kali saya mengakomodasi yang lainnya untuk membentuk kelompok informal agar dapat saling berbagi informasi dan strategi dalam menghadapi tantangan di organisasi, ini sejalan dengan studi Hawthorne yang menyoroti pentingnya kelompok sosial atau organisasi informal di tempat kerja (Effendy, 2003). Dengan pimpinan organisasi, saya selalu berusaha untuk menjaga komunikasi profesional dan menunjukkan kinerja yang konsisten dengan berbagai cara. Meskipun ruang untuk dialog terbatas, saya sebisa mungkin akan memastikan bahwa tugas yang diberikan telah diselesaikan tepat waktu dan sesuai.
Pilar yang saya gunakan adalah komunikasi dan motivasi. Menurut Effendy (1988), komunikasi antarpribadi efektif dalam mengubah sikap dan perilaku seseorang. Dalam sebuah proyek strategis, saya pernah mendapati ketua yang menuntut hasil maksimal dalam waktu singkat tanpa memberikan sumber daya yang memadai. Jujur saat itu divisi kami merasa tertekan, namun kami memutuskan untuk mencari solusi bersama dan tetap berkomunikasi walaupun selalu ada anggota yang sulit untuk dikabari. Tetapi. saya selalu berusaha untuk mengambil inisiatif untuk mengatur pertemuan tim guna mendiskusikan pembagian tugas yang lebih efisien. Kami juga secara kolektif menyusun laporan yang menjelaskan kendala yang dihadapi dan usulan perbaikan, yang kemudian disampaikan kepada pimpinan atau ketua saat itu. Meskipun responsnya tidak sepenuhnya positif, setidaknya upaya ini membantu meringankan beban tim dan meningkatkan solidaritas di antara kami.
Menurut saya, baik dalam peran sebagai pemimpin maupun bawahan, komunikasi dan motivasi adalah pilar utama dalam membangun hubungan manusia yang efektif dalam organisasi. Sebagai pemimpin, mengedepankan komunikasi terbuka dan melibatkan anggota tim dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Sebagai bawahan, menjaga profesionalisme dan membangun hubungan baik dengan rekan kerja dapat membantu bertahan di bawah kepemimpinan yang otoriter. Sekian hasil analisis dari saya, apabila ada tambahan atau perbaikan, dengan senang hati akan saya perbaiki dan luruskan. Terima kasih.
Daftar Pustaka
- Effendy, O. U. (2003). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (1989). Organizations: Behavior, Structure, Processes. Homewood, IL: Irwin.
- Stillman II, R. J. (1984). Public Administration: Concepts and Cases. Boston: Houghton Mifflin Company.
- Toha, M. (2014). ADPU4431 – Perilaku organisasi (Edisi 2). Universitas Terbuka.
Kata Kunci: strategi kepemimpinan, komunikasi efektif, manajemen konflik, keterampilan interpersonal, kepemimpinan otoriter