Dari Malas Belajar jadi Haus Ilmu: Perjalanan Penuh Makna Bersama BCB Academy
11 April 2025 3:40 pm

Dari Malas Belajar jadi Haus Ilmu: Perjalanan Penuh Makna Bersama BCB Academy

Dari Malas Belajar jadi Haus Ilmu: Perjalanan Penuh Makna Bersama BCB Academy
Dulu aku menganggap belajar itu beban. Bahkan sejak kecil, aku sering merasa “gak pinter!”—karena belajar terasa berat, sulit, dan membingungkan. Tapi diam-diam, aku menyimpan satu keinginan: membuktikan pada diri sendiri bahwa aku bisa. Bukan untuk orang lain, tapi demi diriku sendiri.

Sebelum ikut BCB Academy, aku termasuk orang yang merasa belajar itu sulit dan gak penting. Aku sering merasa frustasi belajar dan tertinggal, apalagi karena masa kecilku dipenuhi rasa enggan untuk belajar.

Tapi satu titik balik terjadi ketika aku mulai sadar bahwa jika ingin menjadi pengajar yang hebat dan berdampak, aku harus mulai dari mengubah mindset dan cara belajarku sendiri.

Sampai akhirnya, di awal tahun 2025, aku memutuskan untuk ikut program BCB Academy. Niat awalnya simpel: aku cuma ingin belajar lebih cepat dan tidak merasa gagal terus. Tapi ternyata, ini jadi keputusan terbaik yang mengubah cara pandangku, cara belajarku, bahkan caraku memaknai hidup.

Satu hal yang aku sadari sejak hari pertama belajar di BCB: ternyata yang bikin aku malas belajar selama ini bukan karena aku bodoh, tapi karena aku gak tahu caranya belajar. Selama ini aku hanya menghafal, mencatat seadanya, dan berharap paham.

Tapi di BCB aku dikenalkan pada konsep-konsep seperti critical thinking, fundamental skills, dan strategi belajar berbasis otak. Aku mulai menerapkan berbagai teknik belajar yang work dalam peningkatan belajarku seperti Feynman Technique, active recall, mind mapping, dan lainnya.

Yang bikin aku makin semangat, mentor seperti Mas Iwan benar-benar supportive. Aku yang biasanya susah nurut saran orang, kali ini justru terbuka dan merasa ditemani dalam proses belajar ulang dari nol.

Bahkan, mentorku mengubah cara pandangku terhadap himpitan hidup. Aku belajar melihat tantangan sebagai proses pertumbuhan, bukan hambatan.
Materi BCB disampaikan lewat video interaktif, mentoring session, dan challenge mingguan yang dikemas gamified. Materinya padat tapi mudah dicerna.

Yang paling bikin aku betah adalah sesi mentoring bareng mentor yang gak hanya ngajarin teori, tapi benar-benar menyelami masalah personal kami.

Tapi kalau boleh jujur, bagian challenge sih yang bikin sisi “mantan gamer” dalam diriku muncul lagi. Seru banget ngerjain tantangannya sambil nambah ilmu.

Satu hal yang gak kalah penting adalah komunitasnya. Di BCB aku ketemu teman-teman yang sama-sama ambisius dan semangat belajar. Rasanya seperti ketemu versi terbaik dari diriku sendiri, karena setiap hari aku terpacu untuk tidak malas-malasan lagi.

Aku benar-benar merasa bahwa ini adalah bentuk jawaban dari Allah ta’ala — bahwa jika ingin berubah, maka Allah akan pertemukan dengan lingkungan yang tepat.

Selain itu, BCB juga ngasih akses seumur hidup ke materi, jadi aku bisa rewatch kapan aja. Yang bikin BCB Academy makin istimewa adalah materi tentang AI.

Aku dikenalkan ke berbagai tools dan prompt yang bisa membuat proses belajar dan mengajar jadi sat-set tanpa kehilangan kualitas. Sekarang, mengelola kelas, riset, bahkan bikin konten belajar pun jadi lebih efisien. AI bukan lagi hal yang mengintimidasi — malah jadi sahabat dalam upgrade diri.

Yang paling besar berubah bukan cuma cara belajar, tapi cara berpikir dan merespons dunia.

Aku yang dulu mikir, “kayanya aku gak akan bisa belajar cepat,” sekarang mulai percaya bahwa semua orang bisa belajar, asal tahu caranya dan sabar prosesnya.
Aku mulai bangun habit baru: belajar setiap hari, pakai teknik yang tepat, dan sadar pentingnya manajemen energi dan emosi, bukan cuma waktu. Bahkan emosiku-pun ke sekarang kuatur biar gak nguras energi belajar.

Bukan cuma soal nilai, tapi ini soal bagaimana aku jadi lebih strategis berpikir, lebih efisien bekerja, dan lebih tangguh secara mental.
Perubahan yang aku alami bersama BCB gak berhenti di diriku sendiri. Justru, ini yang bikin aku sadar: aku gak bisa simpan semua insight dan pengalaman ini sendiri.

Aku merasa terpanggil untuk berbagi—khususnya ke orang-orang yang dulu mungkin pernah ngerasa kayak aku: takut belajar, merasa gagal, atau malas memulai lagi.

Makanya, aku mulai membangun komunitas belajar bernama “Habit Belajar Muslim” di Instagram dan WhatsApp Group.

Aku juga mulai bikin konten edukatif yang ngajak teman-teman muslim untuk belajar dan beribadah secara konsisten setiap hari, cuma 15 menit.
Aku percaya, belajar bukan cuma untuk pintar, tapi juga untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta Jagat Raya.

Dengan bekal mindset dan skill yang aku pelajari di BCB—termasuk cara menyampaikan ide, berpikir kritis dan kreatif, hingga memanfaatkan tools digital—aku makin pede buat jadi kontributor perubahan.

Bahkan saat ragu-ragu datang, aku ingat: aku pernah merasa gagal, tapi aku juga pernah bangkit. Maka orang lain juga bisa.

Aku gak akan bilang perjalanan ini mudah. Banyak yang aku korbankan—zona nyaman, rasa aman, bahkan ego. Tapi aku tahu, ini jalan yang harus aku ambil untuk jadi lebih baik.

Masih ada rasa ragu? Iya, kadang masih ada. Tapi sekarang aku tahu, rasa ragu itu bisa dilawan dengan ilmu dan komunitas yang tepat.

BCB Academy bukan cuma kursus belajar biasa. Ini tempat yang ngajarin aku bahwa belajar itu bisa menyenangkan, bisa masuk ke dalam setiap aktivitas hidup, dan bisa jadi jalan hijrah intelektual. Dan yang lebih indahnya lagi, aku bisa terus menyebarkan manfaatnya ke orang lain.

BCB Academy bukan cuma e-course, tapi investasi perubahan hidup. Buat kamu yang pernah merasa gagal atau tertinggal dalam belajar, percayalah — bukan kamu yang salah, mungkin cuma caramu belajar yang belum tepat.

Kalau kamu ngerasa stuck, ragu, atau ingin memulai kembali semangat belajar dari nol—aku undang kamu buat ikut jalan ini juga.

Seru, menantang, dan bisa jadi titik balik dalam hidupmu juga. Dan BCB Academy bisa jadi permulaan perubahan dirimu juga.

Penulis: Achda Fitriah
Editor: Kania Salsabila