Saudara mahasiswa, diskusi ke 4 kita akan membahas tentang
1. Organisasi erat kaitannya dengan kepemimpinan dan kekuasaan, apa itu kekuasaan? dari mana sumber kekuasaan?
2. Gambarkan kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancahard, jika organisasi di penuhi oleh pekerja yang malas dan kurupsi?
3. Uraikan bentuk organisasi berdasarkan Bentuk Wewenang menurur Max Weber?
Uraikan berdasarkan modul dan referensi lainnya
JAWABAN DISKUSI 1
Dalam konteks organisasi, kepemimpinan dan kekuasaan memiliki hubungan yang erat dan integral. Kita dapat memahami kepemimpinan sebagai "kemampuan untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mau ikut atau menuruti kemauan seorang pemimpin". Kekuasaan, sebagai salah satu alat pemimpin, digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Namun, pemahaman tentang kekuasaan sering kali menimbulkan kerancuan karena bercampur dengan konsep pengaruh, wewenang, atau bahkan persuasi.Menurut Rogers (dalam Hersey & Blanchard, 1986, hlm. 210), kekuasaan adalah "potensi untuk mempengaruhi". Dari definisi ini, kita dapat memahami bahwa kekuasaan merupakan sumber yang dapat digunakan atau tidak digunakan oleh pemimpin untuk menimbulkan perubahan perilaku yang diinginkan. Perubahan perilaku tersebut terjadi akibat adanya "pengaruh", yang merupakan "kemampuan seseorang untuk mengubah perilaku orang atau kelompok dalam cara tertentu".Kekuasaan berbeda dengan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah "proses mempengaruhi perilaku orang atau kelompok lain untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu", sedangkan kekuasaan adalah kapasitas atau potensi untuk mempengaruhi yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Wewenang merupakan tipe khusus kekuasaan yang dimiliki seseorang karena posisi atau jabatan yang didudukinya dan disahkan oleh manajemen yang lebih atas dalam organisasi.
Sumber-Sumber Kekuasaan
1. Kekuasaan Posisi/Jabatan
Etzioni (dalam Hersey & Blanchard, 1986) menyatakan bahwa "kekuasaan dapat diperoleh dari struktur organisasi (jabatan), pengaruh pribadi (kharisma), atau keduanya" . Seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain karena posisinya dalam organisasi memiliki kekuasaan posisi atau jabatan. Menurut saya, kekuasaan posisi bergantung pada seberapa besar atasan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawabnya kepada pemegang jabatan tersebut.
2. Kekuasaan Pribadi
Kekuasaan pribadi datang dari para pengikut dan bergantung pada seberapa besar mereka menghormati, merasa senang, dan terikat kepada pemimpinnya. Hersey dan Blanchard (1986, hlm. 129) menyatakan bahwa "kekuasaan pribadi bergantung kepada seberapa besar para pengikut menghormati, merasa senang, terikat kepada pemimpinnya, dan merasa bahwa pimpinannya dapat mengajak pengikut memenuhi tujuan mereka dan tujuan pemimpin". Namun, kekuasaan pribadi bersifat rawan karena dapat diambil kembali dengan cepat oleh para pengikut jika pemimpin melakukan kesalahan.Bentuk-Bentuk Kekuasaan Menurut French dan Raven
French dan Raven (dalam Thoha, 1983, hlm. 327-330) mengidentifikasi lima sumber kekuasaan:
- Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan ini diperoleh berdasarkan rasa takut. Pemimpin dengan kekuasaan paksaan memiliki kemampuan untuk mengenakan hukuman atas kegagalan pengikutnya, seperti pemecatan atau penundaan kenaikan gaji. "Pemimpin yang mempunyai kekuasaan jenis ini memiliki kemampuan mengenakan hukuman atas kegagalan pengikutnya" .
- Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan yang didasarkan pada keterampilan khusus, kecakapan, atau pengetahuan yang dimiliki pemimpin. "Saat sekarang, teknologi tinggi yang dimiliki seseorang atau kelompok lain, akan memberikan kekuasaan yang sangat ampuh untuk mempengaruhi orang atau kelompok lain" .
- Kekuasaan Imbalan (Reward Power)
Kekuasaan ini berasal dari kemampuan pemimpin untuk memberikan penghargaan, hadiah, atau imbalan kepada orang lain. "Kemampuan memberikan imbalan yang dimiliki seseorang tersebut akan menghasilkan kepatuhan bagi orang atau kelompok lain yang menginginkannya" .
- Kekuasaan Legitimasi/Sah (Legitimate Power)
Kekuasaan yang bersumber dari posisi atau jabatan struktural dalam organisasi. "Semakin tinggi posisi atau jabatan seseorang akan semakin besar pula kekuasaan yang dimilikinya" .
- Kekuasaan Referensi (Referent Power)
Kekuasaan ini berasal dari sifat-sifat pribadi yang menarik, seperti kharisma atau integritas, yang membuat pengikut mengagumi dan ingin meneladani pemimpin. "Secara populer, kekuasaan seperti ini disebut sebagai 'karisma'" .
- Kekuasaan Informasi dan Hubungan
Raven dan Kruglanski menambahkan kekuasaan informasi sebagai sumber kekuasaan keenam, yaitu kekuasaan yang berasal dari akses terhadap informasi yang berharga. "Di era teknologi maju seperti sekarang, mereka yang memiliki informasi yang diperlukan bagi orang lain, maka mereka akan mempunyai kekuasaan atas orang yang memerlukan informasi tersebut" . Hersey dan Goldsmith mengusulkan kekuasaan hubungan sebagai kekuasaan ketujuh, yaitu kekuasaan yang bersumber dari hubungan dengan orang-orang penting dan berpengaruh. "Kekuasaan hubungan, adalah kekuasaan yang bersumber dari hubungan yang dijalin oleh pimpinan dengan orang-orang yang dianggap penting dan berpengaruh, baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi"
JAWABAN DISKUSI 2
Model kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard menekankan pentingnya menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan tingkat kematangan bawahan. Kematangan bawahan (M) dibagi menjadi empat tingkat:
- M1 (Kematangan Rendah): Bawahan tidak mampu dan tidak mau bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.
- M2 (Kematangan Rendah ke Sedang): Bawahan tidak mampu tetapi mau menerima tanggung jawab.
- M3 (Kematangan Sedang ke Tinggi): Bawahan mampu tetapi tidak mau atau kurang percaya diri.
- M4 (Kematangan Tinggi): Bawahan mampu dan mau bertanggung jawab penuh.
Setiap tingkat kematangan memerlukan gaya kepemimpinan dan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk memotivasi dan mengarahkan bawahan secara efektif.
Kematangan Bawahan dalam Konteks Pekerja Malas dan Korup
Menurut anaisis yang telah saya lakukan, pekerja yang malas dan korup umumnya berada pada tingkat kematangan M1, di mana mereka tidak memiliki kemampuan atau kemauan untuk melaksanakan tugas dengan baik. Dalam konteks ini, pemimpin perlu menerapkan strategi khusus untuk meningkatkan kinerja dan integritas bawahan.Untuk bawahan pada tingkat M1, gaya kepemimpinan yang efektif adalah gaya "menginstruksikan" yang memberikan arahan dan pengawasan yang ketat. Pemimpin harus menetapkan standar kerja yang jelas dan memastikan bawahan memahami konsekuensi dari tindakan mereka.Bentuk kekuasaan yang relevan untuk bawahan M1 meliputi:
- Kekuasaan Paksaan: Pemimpin menggunakan sanksi atau ancaman hukuman untuk memastikan kepatuhan. Tindakan seperti peringatan tertulis, penundaan kenaikan pangkat, atau bahkan pemberhentian dapat diterapkan. "Dengan cara ini diharapkan bawahan mau mematuhi perintah atasannya, mau bekerja dengan lebih produktif lagi".
- Kekuasaan Hubungan: Memanfaatkan jaringan dan koneksi untuk mempengaruhi bawahan. Meskipun efektivitasnya terbatas pada tingkat M1, hal ini dapat membantu dalam menciptakan tekanan sosial agar bawahan memperbaiki perilakunya.
- Kekuasaan Legitimasi: Mengandalkan otoritas formal yang dimiliki pemimpin. Bawahan M1 mungkin lebih patuh jika mereka menghormati posisi dan wewenang pemimpin dalam struktur organisasi.
Strategi Mengatasi Pekerja Malas dan Korup
Menurut saya, selain menerapkan bentuk kekuasaan yang sesuai, pemimpin juga perlu:
Meningkatkan Pengawasan: Memantau kinerja bawahan secara rutin untuk mencegah perilaku malas dan korup.
- Meningkatkan kemampuan bawahan melalui pelatihan agar mereka lebih kompeten dan termotivasi.
- Mendorong nilai-nilai integritas dan etos kerja yang tinggi.
- Memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi dan sanksi bagi yang melanggar aturan.
Penerapan model kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard dalam organisasi dengan pekerja yang malas dan korup memerlukan pemahaman mendalam tentang tingkat kematangan bawahan. Dengan menyesuaikan gaya kepemimpinan dan bentuk kekuasaan yang tepat, pemimpin dapat mengarahkan bawahan menuju peningkatan kinerja dan perilaku yang lebih etis. Menurut saya, kombinasi antara tindakan tegas dan upaya pengembangan bawahan akan efektif dalam mengatasi permasalahan ini.
JAWABAN DISKUSI 3
Dalam memahami struktur organisasi, Max Weber mengemukakan bahwa wewenang memainkan peran sentral dalam menentukan bagaimana hubungan dan fungsi dalam organisasi terbentuk. Menurut saya, pemahaman tentang berbagai bentuk wewenang ini penting untuk menganalisis dinamika organisasi dan kepemimpinan di dalamnya.
- Wewenang Kharismatik
Wewenang kharismatik didasarkan pada kharisma atau kelebihan pribadi seseorang yang dianggap memiliki kemampuan luar biasa dan sering kali tidak rasional, seperti menerima wahyu atau memiliki visi yang kuat. Wewenang ini tidak berasal dari aspek legal formal, tetapi dari keyakinan dan kepercayaan para pengikut terhadap pemimpin tersebut (Weber, 1910).Contoh Kasus: Seorang tokoh pemimpin gerakan sosial seperti Nelson Mandela dianggap memiliki wewenang kharismatik. Meskipun awalnya tidak memiliki posisi resmi dalam pemerintahan apartheid Afrika Selatan, kharisma dan perjuangannya melawan diskriminasi rasial membuatnya dihormati dan diikuti oleh banyak orang.
- Wewenang Tradisional
Wewenang tradisional muncul karena kekuasaan dan wewenang telah melembaga dalam masyarakat dan diterima secara turun-temurun. Dalam wewenang ini, hubungan kekeluargaan dan adat istiadat memainkan peran penting, dan tidak ada batasan tegas antara wewenang dan kemampuan pribadi pemimpin (Weber, 1910). Misalnya sistem kerajaan yang diwariskan secara turun-temurun, seperti Kesultanan Yogyakarta di Indonesia, adalah contoh wewenang tradisional. Sultan memegang wewenang berdasarkan tradisi dan adat istiadat yang telah lama berlaku dalam masyarakatnya.
- Wewenang Rasional
Wewenang rasional didasarkan pada sistem peraturan dan hukum yang diakui serta ditaati oleh masyarakat. Pemegang wewenang memperoleh posisinya melalui prosedur legal formal dan diharapkan menjalankan tugasnya sesuai dengan kepentingan masyarakat (Weber, 1910). Contohnya yakni pada birokrasi pemerintahan modern merupakan contoh wewenang rasional. Pegawai negeri dan pejabat publik menjalankan tugas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan jabatan mereka.Menurut saya, pemahaman tentang berbagai bentuk wewenang menurut Max Weber ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk menganalisis struktur organisasi. Setiap bentuk wewenang memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi cara organisasi beroperasi dan bagaimana kepemimpinan dijalankan. Sekian diskusi dari saya, apabila ada tambahan atau perbaikan, dengan senang hati akan saya perbaiki dan luruskan. Terima kasih.
Ingin Tuton/TMK kamu jadi lebih mudah dan Cepet Kelar dengan bantuan AI? Dapatkan Template AI buat nugas, belajar, dan lainnya di BCB Academy (Klik di sini untuk selengkapnya!).
Yuk, bagikan tulisan ini untuk menginspirasi lebih banyak teman mahasiswa lainnya untuk belajar dan mengerjakan tugas tepat waktu!
Daftar Pustaka
- Hersey, Paul & Blanchard, Kenneth. (1986). Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Terj. Jakarta: Erlangga.
- Hersey, P., & Blanchard, K. H. (1986). Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources (5th ed.). Prentice Hall.
- Kenton, W. (2024, October 17). The situational leadership model: How it works. Investopedia. https://www.investopedia.com/terms/h/hersey-and-blanchard-model.asp
- Thoha, Miftah. (1983). Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali.
- Toha, M. (2014). Perilaku organisasi (Edisi ke-2). Universitas Terbuka.
Kata Kunci: kepemimpinan situasional, sumber kekuasaan, model Hersey-Blanchard, wewenang Max Weber, strategi organisasi