1. JAWABAN NO 11. Proses Komunikasi2. Unsur-Unsur Komunikasi3. Komunikasi Keorganisasian2. JAWABAN NO 21. Tahap-Tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan3. JAWABAN NO 31. Lima Jenjang Kebutuhan Abraham H. Maslow2. Teori ERG Clayton Alderfer3. Teori Kesehatan (Hygiene) dan Motivator Frederick Herzberg4. Daftar Pustaka
Halo saudara mahasiwa, diskusikan tentang
1. Proses komunikasi, unsur komunikasi dan komunikasi keorganisasian?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan yang efektif?
3. Jelaskan teori kebutuhan dan motivasi?
Diskusikan berdasarkan modul dan referensi lainnya
JAWABAN NO 1
Proses Komunikasi
Proses komunikasi melibatkan pertukaran pesan antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan tujuan mencapai kesamaan pemahaman. Rogers dan Kincaid (1981) menggambarkan komunikasi sebagai proses interaktif yang berkelanjutan hingga tercapai pengertian bersama antara kedua belah pihak. Semakin besar tingkat pemahaman bersama, semakin efektif komunikasi yang terjadi.
Dalam proses ini, pengirim menyandi (encoding) pesan atau gagasan ke dalam simbol-simbol yang dapat dipahami oleh penerima. Penerima kemudian mengurai (decoding) simbol-simbol tersebut untuk memahami makna yang dimaksud. Proses komunikasi tidak terlepas dari konteks lingkungan dan potensi gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran penyampaian pesan (Pace & Faules, 1998).
Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi efektif tidak hanya bergantung pada proses, tetapi juga pada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (1989) menyatakan bahwa komunikasi adalah "penyampaian informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama". Berikut adalah unsur-unsur utama dalam komunikasi:
1. Komunikator
Komunikator adalah individu yang menyampaikan pesan kepada orang lain. Efektivitas komunikasi sangat dipengaruhi oleh kredibilitas dan keterpercayaan komunikator. Penerima pesan tidak hanya memperhatikan apa yang disampaikan, tetapi juga siapa yang menyampaikan. Oleh karena itu, komunikator harus memiliki kompetensi, integritas, dan kharisma untuk memastikan pesan diterima dengan baik (Pace & Faules, 1998).
2. Pesan
Pesan adalah gagasan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa verbal (lisan atau tulisan) dan nonverbal (gerak tubuh, ekspresi wajah). Penting bagi pesan untuk disandikan dengan simbol-simbol yang dimengerti oleh penerima. Berlo (1960) menekankan bahwa makna pesan tidak terletak pada kata-kata itu sendiri, tetapi pada interpretasi penerima terhadap kata-kata tersebut.
3. Jalur (Medium)
Medium adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti tatap muka, telepon, surat, atau media elektronik. Pemilihan medium yang tepat dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi. Dalam organisasi, seringkali digunakan kombinasi berbagai medium untuk memastikan pesan tersampaikan dengan jelas.
4. Penerima
Penerima adalah individu yang menerima dan menginterpretasikan pesan. Proses penguraian (decoding) pesan oleh penerima dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, dan kerangka referensi mereka. Komunikasi akan lebih efektif jika komunikator memahami karakteristik penerima dan menyesuaikan pesan sesuai dengan konteks penerima (Berlo, 1960).5. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik adalah respons penerima terhadap pesan yang disampaikan. Melalui umpan balik, komunikator dapat mengetahui apakah pesan telah dipahami dengan benar. Umpan balik memungkinkan terjadinya dialog dan penyesuaian dalam komunikasi untuk mencapai kesepahaman bersama (Rogers & Kincaid, 1981).
6. Gangguan (Noise)
Gangguan adalah faktor-faktor yang dapat menghambat proses komunikasi, seperti perbedaan latar belakang, gangguan teknis, atau lingkungan yang tidak kondusif. Mengidentifikasi dan meminimalkan gangguan penting untuk memastikan pesan dapat diterima dan dipahami dengan baik (Gibson et al., 1989).
Komunikasi Keorganisasian
Dalam konteks organisasi, komunikasi menjadi elemen vital yang mengikat berbagai bagian organisasi menjadi satu kesatuan. Myers dan Myers (1982) menyatakan bahwa "komunikasi adalah esensi dari organisasi; ia adalah elemen pengikat yang menjaga berbagai bagian yang saling tergantung dalam sistem organisasi tetap bersama." Tanpa komunikasi yang efektif, koordinasi dan kerja sama dalam organisasi akan terganggu.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
- Komunikasi memungkinkan manajemen mengendalikan perilaku anggota organisasi melalui penyampaian kebijakan, aturan, dan prosedur (Robbins, 1996).
- Dengan memberikan penjelasan tentang tugas dan tujuan, komunikasi dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan.
- Komunikasi menyediakan saluran bagi anggota organisasi untuk mengekspresikan perasaan dan emosi mereka, yang penting untuk kesejahteraan psikologis.
- Komunikasi adalah medium untuk mengumpulkan dan mendistribusikan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.
Tujuan Komunikasi Keorganisasian
- Menentukan dan menyampaikan tujuan serta target organisasi.
- Mengumpulkan dan memproses informasi untuk adaptasi dan integrasi organisasi.
- Memberikan perintah, tugas, dan petunjuk kepada anggota tim.
- Meningkatkan hubungan kerja dan kerja sama antarindividu dan antarunit.
- Mengidentifikasi dan mengatasi masalah operasional.
- Mengurangi dampak negatif dari konflik dan frustrasi.
- Mendorong semangat kerja dan motivasi.
- Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan.
- Pentingnya Komunikasi bagi Manajer
Proses komunikasi, unsur-unsur komunikasi, dan komunikasi keorganisasian saling berkaitan dan berperan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Komunikasi yang efektif memungkinkan terjadinya koordinasi, motivasi, dan pengendalian yang diperlukan dalam pengelolaan organisasi. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang proses dan unsur-unsur komunikasi serta penerapannya dalam konteks organisasi menjadi krusial bagi setiap individu, terutama manajer, dalam meningkatkan kinerja dan efektivitas organisasi.
JAWABAN NO 2
Pengambilan keputusan merupakan aspek krusial dalam manajemen organisasi. Sebagai mekanisme untuk mencapai tujuan, pengambilan keputusan tidak hanya melibatkan pemilihan alternatif terbaik tetapi juga proses komunikasi yang efektif di antara para anggota organisasi. Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (1989), keputusan adalah "suatu tanggapan keorganisasian" yang berarti keputusan tersebut harus relevan dan adaptif terhadap kebutuhan organisasi.
Tahap-Tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan
1. Menentukan Tujuan dan Mengukur Hasilnya
Langkah pertama adalah menetapkan tujuan dan sasaran yang jelas dan terukur. Dengan tujuan yang spesifik, organisasi dapat menentukan parameter keberhasilan dan efektivitas pelaksanaan tugas. Tujuan yang jelas juga memudahkan evaluasi kinerja dan identifikasi masalah yang mungkin muncul (Gibson et al., 1989).
2. Mengidentifikasi Masalah
Setelah tujuan ditetapkan, penting untuk mengidentifikasi masalah yang menghambat pencapaian tujuan tersebut. Masalah muncul ketika terdapat perbedaan antara hasil yang diharapkan dan kenyataan yang terjadi. Tingkat keseriusan masalah ditentukan oleh seberapa besar perbedaan tersebut. Menentukan standar pencapaian membantu dalam mengukur besarnya masalah yang dihadapi (Gibson et al., 1989).Sebagai contoh, jika sebuah universitas menargetkan 18.000 mahasiswa baru tetapi hanya mendapatkan 11.500 pendaftar, maka perlu dilakukan analisis apakah target tersebut realistis atau ada faktor lain yang menjadi hambatan.
3. Mengembangkan Alternatif
Setelah masalah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah mencari dan mengembangkan berbagai alternatif solusi. Alternatif ini harus dievaluasi berdasarkan konsekuensi yang mungkin timbul, baik bagi organisasi maupun sumber daya yang dimiliki. Informasi dari internal dan eksternal organisasi sangat berguna dalam tahap ini (Gibson et al., 1989).Dalam kasus universitas tadi, manajemen perlu mengevaluasi faktor-faktor seperti relevansi program studi, citra institusi, dan persaingan dengan lembaga pendidikan lain.
4. Mengevaluasi Alternatif-Altenatif
Evaluasi alternatif dilakukan untuk menilai kelebihan dan kekurangan masing-masing opsi. Menurut Gibson et al. (1989), terdapat tiga kondisi dalam mengevaluasi hubungan antara alternatif dan hasil:
- Kepastian (Certainty): Manajer memiliki pengetahuan lengkap tentang hasil dari setiap alternatif.
- Ketidakpastian (Uncertainty): Manajer tidak memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi hasil.
- Risiko (Risk): Manajer dapat memperkirakan kemungkinan hasil dan risiko yang terkait dengan setiap alternatif.
5. Memilih Alternatif
Setelah evaluasi, langkah selanjutnya adalah memilih alternatif yang paling sesuai dengan tujuan organisasi. Pemilihan ini harus mempertimbangkan konsekuensi dan risiko yang mungkin terjadi. Keputusan yang diambil harus tidak hanya efektif secara teknis tetapi juga adaptif terhadap perilaku organisasi (Gibson et al., 1989).
6. Melaksanakan Keputusan
Keputusan yang telah diambil harus diimplementasikan dengan efektif. Pelaksanaan keputusan harus mempertimbangkan dampak negatif yang mungkin timbul dan berusaha meminimalkannya. Sosialisasi keputusan melalui komunikasi yang baik penting untuk memastikan penerimaan dan dukungan dari seluruh anggota organisasi (Gibson et al., 1989).
7. Pengendalian dan Evaluasi
Tahap terakhir adalah melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan keputusan. Jika hasil yang dicapai masih belum sesuai dengan tujuan, maka perlu dilakukan evaluasi ulang terhadap strategi yang diterapkan atau bahkan melakukan perubahan pada keputusan yang diambil. Standar yang terukur sangat penting untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut (Gibson et al., 1989).
JAWABAN NO 3
Motivasi merupakan faktor penting yang memengaruhi perilaku individu dalam organisasi. Teori kebutuhan dan motivasi berusaha menjelaskan apa yang mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Dalam diskusi ini, saya akan menjelaskan tiga teori utama tentang kebutuhan dan motivasi, yaitu teori Abraham H. Maslow, Clayton Alderfer, dan Frederick Herzberg.
Lima Jenjang Kebutuhan Abraham H. Maslow
Abraham H. Maslow mengemukakan teori hierarki kebutuhan yang dikenal sebagai "Lima Jenjang Kebutuhan". Menurut Maslow, manusia memiliki berbagai kebutuhan yang tersusun secara hierarkis dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi (Pace & Faules, 1998).
Prinsip Utama Teori Maslow
Beberapa prinsip utama dalam teori Maslow adalah:
- Kebutuhan manusia beragam mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks, dan individu berusaha untuk memenuhinya.
- Kebutuhan yang paling mendesak akan menjadi pendorong utama perilaku seseorang.
- Setelah suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak lagi memotivasi perilaku individu.
Lima Jenjang Kebutuhan
- Kebutuhan Fisiologis: Kebutuhan dasar untuk mempertahankan hidup, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan seks.
- Kebutuhan Keamanan: Kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan dari ancaman fisik dan emosional.
- Kebutuhan Sosial: Kebutuhan akan rasa memiliki, cinta, persahabatan, dan interaksi sosial.
- Kebutuhan Penghargaan: Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri, prestasi, otonomi) dan penghargaan dari orang lain (status, pengakuan, prestise).
- Kebutuhan Aktualisasi Diri: Kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri sepenuhnya dan menjadi apa yang seseorang mampu menjadi.
Menurut Maslow, individu harus memenuhi kebutuhan pada jenjang lebih rendah sebelum beralih ke kebutuhan pada jenjang lebih tinggi. Namun, dalam praktiknya, menurut pengalaman saya terkadang kebutuhan tidak selalu terpenuhi secara berurutan. Kebutuhan yang paling kuat pada saat tertentu akan menjadi motivator utama, meskipun kebutuhan pada jenjang lebih rendah belum sepenuhnya terpenuhi.
Teori ERG Clayton Alderfer
Clayton Alderfer mengembangkan Teori ERG sebagai revisi dari hierarki kebutuhan Maslow. Ia berpendapat bahwa kebutuhan manusia tidak selalu berjalan secara berjenjang dan dapat terjadi secara simultan (Pace & Faules, 1998).Tiga Kategori Kebutuhan ERG
- Existence (Eksistensi): Meliputi kebutuhan fisiologis dan material dasar, seperti makan, minum, gaji, dan kondisi kerja.
- Relatedness (Keterkaitan): Kebutuhan akan hubungan interpersonal dengan orang-orang penting, seperti keluarga, teman, dan rekan kerja.
- Growth (Pertumbuhan): Kebutuhan untuk pertumbuhan pribadi, produktivitas, dan kreativitas.
Prinsip Utama Teori ERG
- Kebutuhan tidak harus dipenuhi secara hierarkis; individu dapat mengejar kebutuhan pada tingkat manapun tergantung pada situasi dan kekuatannya.
- Jika suatu kebutuhan tidak terpenuhi, individu dapat beralih ke kebutuhan lain yang lebih rendah atau lebih tinggi.
- Kebutuhan yang telah terpenuhi masih dapat menjadi motivator yang kuat bagi perilaku individu.
Teori ERG lebih fleksibel dibandingkan dengan hierarki kebutuhan Maslow. Alderfer mengakui bahwa individu dapat mengalami regresi ke kebutuhan yang lebih rendah jika mereka frustrasi dalam memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
Teori Kesehatan (Hygiene) dan Motivator Frederick Herzberg
Frederick Herzberg mengajukan Teori Dua Faktor yang membedakan antara faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja dan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja (Pace & Faules, 1998).Faktor dalam Teori Herzberg
- Faktor Hygiene (Faktor Pemeliharaan)
Faktor-faktor yang dapat mencegah ketidakpuasan tetapi tidak memotivasi, seperti gaji, kebijakan perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan interpersonal.
Kehadiran faktor-faktor ini tidak meningkatkan kepuasan, tetapi ketiadaannya dapat menyebabkan ketidakpuasan.
- Faktor Motivator
Faktor-faktor yang benar-benar memotivasi individu, seperti prestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan pertumbuhan pribadi. Kehadiran faktor-faktor ini meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja.
Prinsip Utama Teori Herzberg
- Kepuasan dan ketidakpuasan kerja berasal dari faktor yang berbeda.
- Untuk meningkatkan motivasi, manajemen harus fokus pada faktor-faktor motivator.
- Faktor hygiene harus dipenuhi untuk mencegah ketidakpuasan, tetapi tidak cukup untuk meningkatkan motivasi.
Contoh Penerapan
Jika manajer ingin meningkatkan motivasi karyawan, mereka harus menyediakan peluang untuk prestasi dan pengembangan diri, bukan hanya memperbaiki kondisi kerja atau meningkatkan gaji.Ketiga teori tersebut memiliki kesamaan dalam mengidentifikasi kebutuhan manusia, tetapi berbeda dalam pendekatan dan aplikasinya.
- Maslow menekankan hierarki kebutuhan yang harus dipenuhi secara berurutan.
- Alderfer menawarkan fleksibilitas dengan mengakui bahwa kebutuhan dapat dipenuhi tidak secara hierarkis.
- Herzberg memfokuskan pada faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan dan motivasi dalam konteks pekerjaan.
Teori kebutuhan dan motivasi membantu kita memahami apa yang mendorong perilaku individu dalam organisasi. Maslow, Alderfer, dan Herzberg menawarkan perspektif yang berbeda tetapi saling melengkapi tentang bagaimana kebutuhan memengaruhi motivasi. Dengan memahami teori-teori ini, manajemen dapat merancang strategi yang efektif untuk memotivasi karyawan dan meningkatkan kinerja organisasi. Sekian diskusi dari saya, apabila ada tambahan atau perbaikan, dengan senang hati akan saya perbaiki dan luruskan. Terima kasih.
Ingin Tuton/TMK kamu jadi lebih mudah dan Cepet Kelar dengan bantuan AI? Dapatkan Template AI buat nugas, belajar, dan lainnya di BCB Academy (Klik di sini untuk selengkapnya!).
Yuk, bagikan tulisan ini untuk menginspirasi lebih banyak teman mahasiswa lainnya untuk belajar dan mengerjakan tugas tepat waktu!
Daftar Pustaka
- Barnard, C. I. (1938). The Functions of the Executive. Cambridge, MA: Harvard University Press.
- Berlo, D. K. (1960). The Process of Communication. New York: Holt, Rinehart and Winston.
- Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (1989). Organizations: Behavior, Structure, Processes (6th ed.). Boston: Irwin.
- Myers, M. T., & Myers, G. E. (1982). Managing by Communication: An Organizational Approach. New York: McGraw-Hill.
- Pace, R. W., & Faules, D. F. (1998). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Terjemahan). Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Rogers, E. M., & Kincaid, D. L. (1981). Communication Networks: Toward a New Paradigm for Research. New York: Free Press.
- Robbins, S. P. (1996). Perilaku Organisasi (Buku 2). Jakarta: Prenhallindo.
- Silalahi, U. (1992). Perilaku Organisasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Penilaian maksimum:94 (1)
"Terimakasih atas tanggapannya. Tanggapan anda sudah tepat dan komprehensif. Jangan lupa untuk selalu membaca rujukan dari sumber apapun terutama jurnal. Tetap semangat dalam belajar"
Kata Kunci: proses komunikasi, komunikasi organisasi, pengambilan keputusan, teori motivasi, kebutuhan kerja