Mempelajari ilmu pengetahuan sangat penting, bukan?
Bayangkan bisa memahami segala hal, mulai dari fisika kuantum hingga ekonomi makro. Menurut saya, sangat menarik jika kita bisa menjelaskan cara kerja teknologi sehari-hari, seperti mengapa pesawat bisa terbang atau bagaimana data dikirim melalui internet.
Di Indonesia, kebanyakan pelajar menyadari pentingnya ilmu pengetahuan. Mereka menunjukkan minat tinggi dalam mempelajari sains, dengan skor rata-rata sekitar 93,75 dari 100. Belajar sains membuat mereka senang, terlihat dari skor kesenangan mereka yang tinggi, 88,2. Namun, ironisnya, kepercayaan diri mereka terhadap pemahaman sains dan kemampuan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sangat rendah, hanya 11.
Kita sering mendengar bahwa minat belajar tinggi dan belajar itu menyenangkan, tapi mengapa kepercayaan diri mereka rendah? Ini adalah pertanyaan yang perlu kita jawab untuk meningkatkan baik motivasi maupun prestasi pelajar.
Menurut Dr. Steven Carroll dari Universitas Santa Clara, ada tiga penyebab utama:
✅ Pertama, pembelajaran pasif di mana pelajar hanya mendengarkan instruktur tanpa cek pemahaman.
✅ Kedua, kebiasaan belajar yang tergantung pada spoon-feeding dan tidak mandiri.
✅ Ketiga, motivasi yang menurun karena merasa belajar itu sulit dan nilai yang didapat tidak memuaskan.
Semakin tinggi kemampuan berpikir kita, semakin keras otak kita bekerja saat belajar, tapi manfaatnya jangka panjang. Misalnya, jika kita belajar kimia dan hanya menghafal struktur hidrokarbon, suatu saat kita akan lupa. Namun, jika kita memahami mengapa struktur itu dinamakan demikian, ini akan mengubah cara kita berpikir dan menyelesaikan masalah di masa depan.
Menurut para profesor yang sering berbicara tentang pentingnya meta learning, akar masalah mengapa belajar tidak efektif adalah karena siswa tidak diajarkan cara belajar yang efektif. Dengan menghabiskan 15 hingga 45 menit per minggu untuk mengajarkan cara belajar yang efektif, kita bisa meningkatkan prestasi di kelas sebesar 10 hingga 20%.
Proses belajar yang efektif dapat digambarkan dalam siklus:
✅ Pertama, melakukan aktivitas seperti menonton video, membaca, atau mendengarkan penjelasan.
✅ Kedua, melakukan review untuk memeriksa pemahaman.
✅ Ketiga, melakukan refleksi untuk memahami di mana kesalahan dan bagaimana memperbaikinya.
✅ Keempat, menerapkan pemahaman baru yang sudah dikoreksi.
Dengan prinsip meta learning, kita bertanggung jawab atas proses belajar kita sendiri. Kita harus berani bereksperimen dengan berbagai cara dan kebiasaan belajar, melakukan review, belajar lagi, dan akhirnya menerapkan. Ini semua menjadi tanggung jawab kita, bukan hanya guru/dosen.
Di tulisan berikutnya, kita akan membahas tentang mitos-mitos seputar belajar agar kamu bisa “unlearn” atau meninggalkan pemahaman yang salah tentang belajar, dan “learn” atau mempelajari kembali cara belajar yang memang seharusnya. Terima kasih banyak yaa sudah membaca sampai akhir, sampai jumpa tulisan selanjutnya. Bye-byee!
Sumber Rujukan:
- Carroll, S. (2017). Meta-Learning: Teaching Students How to Learn Builds Success for Life. https://doi.org/10.1002/ntlf.30113
- Cigognini, J. (2023). Need pivot learning: New data adult skills Indonesia. CGD Blog. https://www.cgdev.org/blog/need-pivot-learning-new-data-adult-skills-indonesia
- Watkins, C., Carnell, E., & Lodge, C. (2007). Effective learning in classrooms. SAGE Publications.