1. JAWABAN NO 11. Latar Belakang Studi Hawthorne2. Efek Hawthorne3. Pentingnya Faktor Sosial dan Psikologis dalam Produktivitas4. Komunikasi dan Supervisi yang Bersahabat5. Keterlibatan Pekerja dalam Keputusan6. Pengaruh Kelompok Informal7. Implikasi Temuan terhadap Manajemen Modern2. JAWABAN NO 21. Hubungan Manusia dalam Arti Luas2. Hubungan Manusia dalam Arti Sempit3. Perbedaan Antara Arti Luas dan Sempit3. JAWABAN NO 31. Komunikasi sebagai Pilar Pertama2. Motivasi sebagai Pilar Kedua4. Daftar Pustaka
Saudara Mahasiswa, dalam diskusi ke 5 kali ini kita akan membahas tentang
1. Uraikan Temuan Studi Hawthorne?
2. Jelaskan hubungan manusia dalam arti luas dan sempit?
3. Dalam Hubugan manusia dibutuhkan pilar yang efektif, uraikan?
Diskusikan berdasarkan modul dan referensi lainnya
JAWABAN NO 1
Temuan Studi Hawthorne
Latar Belakang Studi Hawthorne
Studi Hawthorne merupakan serangkaian penelitian yang dilakukan pada pertengahan tahun 1920-an oleh Elton Mayo dan rekan-rekannya. Penelitian ini disponsori oleh National Research Council bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology. Tujuan awalnya adalah untuk meneliti dampak faktor-faktor fisik seperti penerangan lampu, ventilasi, dan kepenatan terhadap produktivitas pekerja di Hawthorne Plant of Western Electric.
Efek Hawthorne
Salah satu temuan utama dari studi ini adalah fenomena yang dikenal sebagai Efek Hawthorne. Efek ini menunjukkan bahwa produktivitas pekerja meningkat bukan hanya karena perubahan kondisi fisik, tetapi karena mereka menyadari bahwa mereka sedang diamati. Perhatian yang diberikan kepada pekerja memiliki dampak signifikan terhadap kinerja mereka.
Pentingnya Faktor Sosial dan Psikologis dalam Produktivitas
Studi Hawthorne mengungkap bahwa kondisi sosial dan psikologis di tempat kerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap output pekerja dibandingkan dengan perubahan fisik atau kondisi kerja. Keadaan emosional dan hubungan antar pekerja berperan penting dalam menentukan efektivitas kerja. Menurut saya, hal ini menyoroti bahwa aspek manusiawi tidak dapat diabaikan dalam upaya meningkatkan produktivitas.
Komunikasi dan Supervisi yang Bersahabat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja lebih produktif dan puas ketika terdapat komunikasi terbuka dan supervisi yang mendukung. Supervisi yang bersifat mendukung dan kurang otoriter terbukti meningkatkan kepuasan kerja. Chester L. Barnard menekankan pentingnya proses komunikasi dalam usaha memimpin manusia, di mana manajer harus mampu bergaul dan berinteraksi dengan para pekerja sehingga bawahan mau memberikan kemampuan terbaiknya untuk mencapai tujuan organisasi (Stillman II, 1984).
Keterlibatan Pekerja dalam Keputusan
Temuan lain dari studi Hawthorne adalah bahwa keterlibatan pekerja dalam pengambilan keputusan dan kondisi kerja mereka meningkatkan motivasi dan produktivitas. Pekerja yang merasa dihargai dan memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan cenderung lebih termotivasi dan berkontribusi positif terhadap organisasi.
Pengaruh Kelompok Informal
Studi ini juga menyoroti pentingnya kelompok sosial atau organisasi informal di tempat kerja. Interaksi di antara para pekerja menciptakan jaringan sosial yang memiliki pengaruh besar terhadap pola perilaku dan produktivitas mereka. Kelompok-kelompok ini dapat mendukung atau menghambat upaya formal organisasi dalam meningkatkan output.
Implikasi Temuan terhadap Manajemen Modern
Temuan studi Hawthorne membawa implikasi penting dalam pengembangan perilaku organisasi dan praktik manajemen modern. Manajer mulai melihat pekerja sebagai unsur manusia yang kompleks, di mana interaksi sosial dan motivasi pribadi berpengaruh besar terhadap hasil produksi secara keseluruhan. Pendekatan hubungan manusiawi menjadi semakin penting, dengan fokus pada pembinaan kerja sama yang efektif, solidaritas antar rekan kerja, dan dinamika kelompok dalam organisasi.
Menurut saya, studi Hawthorne telah mengubah cara pandang terhadap manajemen dan organisasi dengan menekankan bahwa perhatian terhadap faktor manusia sama pentingnya dengan faktor fisik atau teknis. Pentingnya aspek sosial dan psikologis dalam produktivitas pekerja menunjukkan bahwa organisasi harus memperhatikan kesejahteraan psikologis pekerja, membangun komunikasi yang efektif, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.
JAWABAN NO 2
Hubungan Manusia dalam Arti Luas
Hubungan manusia dalam arti luas merujuk pada semua bentuk interaksi sosial yang terjadi di berbagai bidang kehidupan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari pergaulan dan hubungan dengan orang lain. Namun, tidak setiap interaksi antarmanusia dapat disebut sebagai hubungan manusiawi.
Hubungan manusiawi terjadi ketika seseorang secara sengaja mempengaruhi orang lain dengan cara membujuk, menghimbau, atau mengajak untuk melakukan suatu kegiatan, dan semua pihak merasa puas (Effendy, 2003). Hubungan ini bersifat interkomunikatif dan dialogis, berlangsung secara tatap muka, dan melibatkan interaksi saling mempengaruhi satu sama lain. Hubungan manusia dalam arti luas berorientasi pada tindakan (action oriented) untuk mempengaruhi orang lain secara psikologis dan mendatangkan kepuasan batin bagi kedua belah pihak.
Jack Halloran (1978) menyatakan bahwa hubungan manusia adalah studi tentang bagaimana orang bekerja bersama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan mencapai tujuan organisasi. Definisi ini menunjukkan bahwa hubungan manusiawi melibatkan kerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan individu dan organisasi secara memuaskan.
Hubungan Manusia dalam Arti Sempit
Hubungan manusia dalam arti sempit lebih spesifik pada interaksi yang terjadi dalam situasi kerja atau organisasi. Hubungan ini melibatkan komunikasi persuasif dan motivatif yang dilakukan secara tatap muka untuk mengubah sikap, pandangan, atau perilaku orang lain dalam rangka menggugah kegairahan kerja yang dilandasi kerja sama dan kepuasan bersama (Carvell, 1980).
Elton Mayo menggambarkan hubungan manusiawi sebagai pendekatan humanistik dalam kegiatan industri. Mayo menyarankan pentingnya komunikasi ke atas (upward communication) yang efektif dalam organisasi untuk memahami sikap, keluhan, dan aspirasi karyawan. Keith Davis (1972) menambahkan bahwa hubungan manusia adalah memotivasi orang dalam organisasi untuk mengembangkan kerja sama yang efektif guna memenuhi kebutuhan mereka dan mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks ini, hubungan manusiawi menjadi inti dari kepemimpinan dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Faktor-faktor seperti komunikasi, persuasi, motivasi, pengertian bersama, kerja sama, kehidupan kelompok, kepuasan (psikologis, sosial, ekonomi), dan kepemimpinan memainkan peran penting dalam hubungan manusia dalam arti sempit.
Perbedaan Antara Arti Luas dan Sempit
- Dalam arti luas, hubungan manusia mencakup semua interaksi sosial dalam berbagai situasi dan bidang kehidupan. Sedangkan dalam arti sempit, fokusnya adalah pada interaksi dalam situasi kerja atau organisasi.
- Hubungan manusia dalam arti luas berorientasi pada mempengaruhi orang lain secara psikologis untuk mendatangkan kepuasan batin bagi kedua belah pihak. Dalam arti sempit, tujuannya lebih spesifik untuk menggugah kegairahan kerja dan mencapai tujuan organisasi.
- Hubungan manusia dalam arti sempit melibatkan faktor-faktor organisasi seperti komunikasi efektif, motivasi karyawan, kepemimpinan, dan kerja sama tim.
Menurut saya, dalam arti luas, hubungan manusia mencakup semua bentuk interaksi yang mempengaruhi orang lain secara positif dan membawa kepuasan bersama. Dalam arti sempit, hubungan manusia fokus pada interaksi dalam konteks kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan memenuhi kebutuhan individu.
JAWABAN NO 3
Dalam konteks organisasi, hubungan manusia yang efektif sangat penting untuk mencapai tujuan bersama. Menurut saya, terdapat dua pilar utama yang harus diperhatikan dalam membangun hubungan manusia yang efektif, yaitu komunikasi dan motivasi. Kedua pilar ini merupakan bagian inti dari kepemimpinan dan berperan signifikan dalam menumbuhkan gairah kerja kelompok, kesadaran peran, serta kerja sama yang positif.
Komunikasi sebagai Pilar Pertama
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima dengan tujuan memperoleh balikan (umpan balik) sehingga tercapai pengertian bersama dan menimbulkan perilaku tertentu. Robert D. Breth menyatakan, "Hubungan manusiawi dan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Tanpa perbaikan komunikasi, maka kita tidak dapat memperbaiki hubungan insani" (Effendy, 1988, hlm. 55). Hal ini menegaskan bahwa kemampuan berkomunikasi sangat penting bagi manajer dalam menyampaikan perintah dan gagasan kepemimpinan.
Komunikasi antarpribadi dianggap sebagai jenis komunikasi yang paling efektif dalam mengubah sikap dan perilaku seseorang. Keberhasilan ini disebabkan oleh kemampuan komunikator untuk mengetahui latar belakang komunikan, termasuk keadaan pribadi dan sosialnya. Melalui komunikasi antarpribadi, pesan dapat disampaikan dengan lebih personal, dan balikan dapat diperoleh secara langsung, memungkinkan penyesuaian strategi komunikasi jika diperlukan.
Unsur-Unsur Komunikasi Efektif
Dalam komunikasi yang efektif, terdapat beberapa unsur penting, yaitu:
- Pengirim (Komunikator): Orang yang menyampaikan pesan.
- Pesan: Informasi atau gagasan yang disampaikan.
- Penerima (Komunikan): Orang yang menerima pesan.
- Media: Sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
Keberhasilan komunikasi ditandai dengan tercapainya tiga dampak, yaitu dampak kognitif (perubahan pengetahuan), afektif (perubahan perasaan), dan konatif (perubahan perilaku).
Motivasi sebagai Pilar Kedua
Motivasi adalah proses memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil tindakan yang diinginkan. Menurut Michel J. Jucius, motivasi adalah "kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki" (dalam Sastrodiningrat, 1998, hlm. 196). Motivasi berkaitan erat dengan pembangkitan motif atau daya gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memuaskan kebutuhannya.
Dalam organisasi, motivasi berperan penting dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan. Perbedaan kinerja seringkali disebabkan oleh tingkat motivasi yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain kemampuan, kemauan, naluri, imbalan, dan pengalaman. Manajer perlu memahami variabel-variabel ini untuk mengidentifikasi penyebab perbedaan kinerja dan merancang strategi motivasi yang efektif.
Faktor-Faktor dalam Motivasi
Gibson et al. (1989) mengemukakan bahwa motivasi berhubungan dengan:
- Arah Perilaku: Pilihan tindakan yang diambil oleh individu.
- Kekuatan Respons: Tingkat usaha yang dikeluarkan setelah memilih tindakan tertentu.
- Ketahanan Perilaku: Seberapa lama individu terus berperilaku menurut cara tertentu.
Analisis motivasi harus memperhatikan faktor-faktor fisik, psikologis, dan lingkungan yang mempengaruhi dorongan dan arah kegiatan seseorang.
Menurut saya, komunikasi dan motivasi adalah dua pilar utama yang efektif dalam hubungan manusia di dalam organisasi. Komunikasi yang efektif memungkinkan penyampaian pesan dan gagasan kepemimpinan secara jelas, serta mendorong terciptanya pengertian bersama. Motivasi, di sisi lain, berfungsi sebagai dorongan internal yang menggerakkan individu untuk berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan menerapkan kedua pilar ini, manajer dapat menumbuhkan gairah kerja kelompok, meningkatkan kesadaran akan peran dan tanggung jawab, serta menanamkan kerja sama yang positif. Hal ini akan membantu organisasi mencapai tujuan secara efektif dan efisien, sambil memenuhi kebutuhan ekonomi, psikologis, dan sosial karyawan. Sekian diskusi dari saya, apabila ada tambahan atau perbaikan, dengan senang hati akan saya perbaiki dan luruskan. Terima kasih.
Ingin Tuton/TMK kamu jadi lebih mudah dan Cepet Kelar dengan bantuan AI? Dapatkan Template AI buat nugas, belajar, dan lainnya di BCB Academy (Klik di sini untuk selengkapnya!).
Yuk, bagikan tulisan ini untuk menginspirasi lebih banyak teman mahasiswa lainnya untuk belajar dan mengerjakan tugas tepat waktu!
Daftar Pustaka
- Carvell, F. J. (1980). Human Relations in Business. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
- Davis, K. (1972). Human Behavior at Work: Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill.
- Effendy, O. U. (1988). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (1989). Organizations: Behavior, Structure, Processes. Homewood, IL: Irwin.
- Halloran, J. (1978). Human Relations in Organizations. Cincinnati: South-Western Publishing Co.
- Sastrodiningrat, S. (1998). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
- Stillman II, R. J. (1984). Public Administration: Concepts and Cases. Boston: Houghton Mifflin Company.
Kata Kunci: hubungan manusia, psikologi kerja, studi hawthorne, komunikasi efektif, motivasi kerja