7 November 2024 6:50 pm

Tugas 1: Teori Organisasi - Administrasi Bisnis, UT

Tugas 1: Teori Organisasi - Administrasi Bisnis, UT
Nama Mahasiswa: Iwan Kurniawan
NPM : 048879821
Mata Kuliah : Teori Organisasi ADPU4341 (Tugas 1)
Jurusan : Administrasi Bisnis

INSTRUKSI TUGAS:

Tentukan salah satu organisasi baik organisasi swasta maupun pemerintah yang telah sukses melakukan perubahan (Tidak boleh PT. KAI karena sudah dibahas di Diskusi)
  1. Uraikanlah kondisi penyebab terjadinya perubahan!
  2. Uraikanlah mengapa penting mengukur efektivitas organisasi tersebut secara teratur setelah dilakukan perubahan?
  3. Analisislah desain organisasi apa yang telah dipilih untuk melakukan perubahan!
  4. Kemudian analisislah organisasi tersebut menggunakan pendekatan analisis sistem dengan tahapan:
  • Tentukan sumber input
  • Tentukan input
  • Tentukan proses transformasinya
  • Tentukan output
  • Tentukan siapa pengguna outputnya
  • Tentukan siapa umpan baliknya

Kriteria penilaian tugas ini:

  • Mengerjakan tugas dengan berdasar pada konsep/teori/gambar/bagan pemikiran dari para ahli yang bersumber dari Modul 1, 2, dan 3 BMP ADPU4341 Teori Organisasi dan jika menggunakan sumber referensi lainnya hanya buku dan jurnal yang diperkenankan.
  • Mencantumkan daftar pustaka
  • Jawaban yang terindikasi plagiasi tidak akan diberikan penilaian
Organisasi Atau Perusahaan yang dipilih: PT Bank Central Asia Tbk (BCA)

JAWABAN NO.1

Menurut Fitriningrum, Pulungan, dan Wijayanto (2020), perubahan di Bank BCA terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menekankan peran bank dalam menyediakan bantuan keuangan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kebijakan ini mendorong BCA untuk melakukan Merger dan Akuisisi (M&A) guna mencapai target Non-Performing Loan (NPL) yang rendah serta memperkuat posisinya di sektor keuangan. Salah satu strategi utama yang ditempuh adalah akuisisi terhadap Central Sentosa Finance (CSF), dengan tujuan mengatasi tantangan finansial internal dan memperluas portofolio bisnisnya.Lebih lanjut, kondisi ekonomi yang tidak stabil serta peningkatan suku bunga di Indonesia menyulitkan akses permodalan, sehingga BCA memilih strategi akuisisi sebagai solusi. Proses ini memiliki dampak signifikan pada struktur permodalan bank, terutama pada peningkatan rasio Debt-to-Equity (DER) dan penurunan kas bebas akibat besarnya biaya akuisisi. Selain itu, pemerintah turut mendukung perubahan ini dengan menyediakan insentif kepada bank yang meningkatkan portofolio kredit UMKM, meskipun tantangan dalam memenuhi rasio NPL tetap ada. Dampaknya terlihat dalam peningkatan pendapatan bunga dari CSF pasca-akuisisi, yang memperkuat posisi BCA dalam industri perbankan.Berikut merupakan kondisi penyebab terjadinya perubahan BCA apabila dilihat dari kondisi internal dan eksternalnya:

Kondisi Eksternal

Deregulasi Perbankan (1980-an)

Pada tahun 1980-an, pemerintah Indonesia melakukan reformasi kebijakan perbankan yang mengubah lanskap industri ini secara drastis. Sebelum deregulasi, aktivitas perbankan sangat terbatas oleh aturan ketat, membatasi kemampuan bank untuk berkembang secara signifikan. Namun, setelah kebijakan ini diperkenalkan, bank-bank di Indonesia, termasuk BCA, memiliki lebih banyak ruang untuk memperluas operasional mereka dan menjangkau lebih banyak segmen masyarakat. BCA melihat peluang ini dan segera bertindak dengan memperluas jaringan kantor cabangnya di berbagai daerah, termasuk di area yang sebelumnya kurang terjangkau oleh layanan perbankan. Lebih jauh lagi, BCA meluncurkan produk unggulan, yaitu tabungan Tahapan BCA. Produk ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin menabung dengan mudah dan aman, sekaligus memberikan kemudahan dalam transaksi sehari-hari. Tabungan Tahapan BCA ternyata menjadi pendorong utama pertumbuhan BCA di segmen perbankan ritel, karena nasabah merespons positif layanan ini. Produk ini berhasil meningkatkan loyalitas nasabah dan memperkuat posisi BCA sebagai salah satu bank terkemuka di Indonesia.

Krisis Moneter 1998

Krisis ekonomi yang melanda Asia pada 1998 memberikan dampak besar bagi Indonesia, termasuk sistem perbankan nasional. Dalam situasi ini, kepercayaan masyarakat terhadap bank menurun drastis, mengakibatkan terjadinya 'bank rush' atau penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah (Winasis, Riyanto, & Ariyanto, 2020). BCA termasuk bank yang terkena dampak serius dari krisis ini. Untuk menyelamatkan BCA, pemerintah memutuskan mengambil alih pengelolaannya melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Langkah ini bukan hanya menyelamatkan BCA, tetapi juga bertujuan untuk memulihkan stabilitas di industri perbankan Indonesia.Setelah diambil alih oleh BPPN, BCA menjalani restrukturisasi yang intensif. Proses ini mencakup perbaikan tata kelola perusahaan, peningkatan modal, dan upaya lainnya untuk memulihkan kepercayaan nasabah. Berkat langkah-langkah ini, BCA mampu bangkit dari krisis dan memperkuat posisinya di pasar. Setelah berhasil melalui masa sulit ini, BCA tidak hanya kembali stabil tetapi juga mendapatkan reputasi sebagai bank yang tangguh dan andal.

Kebijakan Pemerintah terhadap UMKM

Sebagai bagian dari strategi ekonomi nasional, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang mendorong bank untuk memberikan dukungan lebih besar kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dukungan ini dimaksudkan untuk memperkuat ekonomi masyarakat bawah dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Menyikapi kebijakan ini, BCA berinisiatif melakukan akuisisi terhadap Central Sentosa Finance (CSF), sebuah lembaga keuangan yang fokus pada layanan kredit untuk UMKM. Melalui akuisisi ini, BCA mampu memperluas portofolio kreditnya dan meningkatkan peran dalam mendukung UMKM. Akuisisi CSF juga membantu BCA mencapai target Non-Performing Loan (NPL) yang rendah. Dengan semakin banyaknya UMKM yang dilayani, BCA tidak hanya memperoleh tambahan pendapatan, tetapi juga mendukung stabilitas ekonomi nasional dengan memberikan akses pendanaan kepada para pelaku usaha kecil. Langkah ini menunjukkan komitmen BCA dalam mendukung pengembangan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan.

Perubahan Gaya Hidup Masyarakat

Seiring perkembangan teknologi, gaya hidup masyarakat Indonesia pun berubah, terutama dalam hal penggunaan layanan digital dan mobile. Kini, masyarakat cenderung lebih memilih layanan yang praktis dan efisien, termasuk dalam melakukan transaksi perbankan. Tren ini membuat BCA merespons dengan menghadirkan produk seperti Flazz Card, yang memungkinkan transaksi cepat tanpa uang tunai. Selain itu, BCA juga memperkenalkan layanan Weekend Banking, yaitu layanan perbankan yang buka pada akhir pekan untuk memfasilitasi nasabah yang sibuk. Dengan layanan ini, BCA dapat memenuhi kebutuhan nasabah yang menginginkan kemudahan transaksi kapan pun dan di mana pun. Langkah ini juga menjadi bukti bahwa BCA peka terhadap perubahan tren gaya hidup masyarakat dan berusaha menyesuaikan layanannya agar tetap relevan dan kompetitif di pasar.

Tren Cashless Society:

Tren menuju cashless society semakin kuat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya transaksi non-tunai yang lebih aman dan praktis. Sebagai respons, BCA memperluas layanan digitalnya dengan menghadirkan beberapa inovasi, seperti layanan transfer peer-to-peer berbasis QR code, OneKlik untuk pembayaran online yang mudah, dan virtual assistant VIRA yang siap membantu nasabah kapan pun dibutuhkan.Dengan produk-produk ini, BCA tak hanya mendukung kebutuhan transaksi cashless yang semakin meningkat, tetapi juga memberikan pengalaman yang lebih modern dan efisien bagi nasabahnya. Layanan ini memudahkan nasabah melakukan berbagai transaksi, mulai dari pembayaran di toko hingga transfer uang ke teman atau keluarga. Kehadiran fitur-fitur ini menunjukkan bagaimana BCA terus berinovasi untuk menjadi bank yang adaptif dan siap mendukung tren masyarakat cashless.

Kondisi Internal

Ekspansi Jaringan Kantor dan Produk Tabungan:

Deregulasi perbankan membuka peluang besar bagi BCA untuk memperluas jaringan kantor dan memperkenalkan lebih banyak produk kepada masyarakat. Dengan lebih banyak kantor cabang, BCA dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, termasuk di daerah-daerah yang sebelumnya belum terlayani. Salah satu produk inovatif yang dihasilkan dari langkah ini adalah tabungan Tahapan BCA, yang dirancang untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam menabung sekaligus memfasilitasi transaksi sehari-hari.Ekspansi ini membuat BCA semakin dekat dengan nasabahnya dan mampu memberikan pelayanan yang lebih personal. Produk tabungan Tahapan BCA menjadi pilihan banyak orang karena fiturnya yang lengkap dan keamanannya yang terjamin. Dengan adanya jaringan kantor yang luas, nasabah juga merasa lebih mudah untuk mengakses layanan perbankan kapan saja.

Pengembangan Produk dan Layanan Modern:

Seiring dengan perubahan preferensi konsumen dan gaya hidup yang semakin modern, BCA terus berinovasi dengan meluncurkan produk dan layanan yang relevan. Misalnya, BCA menyediakan layanan perbankan yang buka di akhir pekan, sehingga nasabah yang sibuk tetap bisa mengakses layanan perbankan. Selain itu, BCA juga memperkenalkan produk prabayar yang memudahkan transaksi sehari-hari tanpa perlu membawa uang tunai.Dengan langkah ini, BCA berhasil menjawab kebutuhan nasabah yang menginginkan layanan yang praktis dan fleksibel. Produk dan layanan ini mendapat respons positif dari masyarakat, terutama bagi mereka yang mengutamakan kenyamanan dalam bertransaksi.

Akuisisi Central Sentosa Finance (CSF):

Sebagai strategi internal untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam pemberian kredit bagi UMKM, BCA melakukan akuisisi terhadap Central Sentosa Finance (CSF). Dengan adanya CSF, BCA bisa memperkuat portofolio kreditnya, khususnya bagi pelaku UMKM yang menjadi bagian penting dalam perekonomian Indonesia.Akuisisi ini tidak hanya memperluas portofolio bisnis BCA tetapi juga membantu perusahaan mencapai target NPL yang rendah. Dengan mendukung UMKM, BCA turut berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.Kini, BCA telah sukses melaksanakan perubahan tersebut, terbukti dengan pencapaian jumlah rekening nasabah yang mencapai 38,8 juta per September 2023, atau naik sebesar 17,1% year-on-year (YoY). Selain itu, pada tahun 2023, BCA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 48,6 triliun, meningkat 19,4% YoY, menunjukkan efektivitas dari langkah-langkah inovasi dan adaptasi yang dilakukan dalam menghadapi dinamika ekonomi dan kebutuhan masyarakat.

JAWABAN NO.2

Menurut saya, penting untuk kita mengukur efektivitas organisasi secara teratur setelah perubahan dilakukan agar kita bisa memastikan bahwa perubahan tersebut benar-benar membawa hasil yang diharapkan. Mengukur efektivitas organisasi, dalam hal ini seperti apa yang terjadi pada Bank Central Asia (BCA), menjadi sangat penting untuk memastikan perubahan yang diimplementasikan menghasilkan manfaat yang diharapkan, meningkatkan kinerja, dan mendukung keberlanjutan organisasi. Dalam konteks perubahan organisasi, proses pengukuran efektivitas dapat memberikan wawasan tentang apakah perubahan tersebut sudah mencapai tujuan yang diinginkan serta mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Menurut Robbins, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi secara teratur, yaitu Pendekatan Pencapaian Tujuan, Pendekatan Sistem, dan Pendekatan Konstituensi Strategis (Robbins, 1990).

1. Pendekatan Pencapaian Tujuan (Goal Attainment Approach)

Pendekatan ini menilai efektivitas organisasi berdasarkan sejauh mana organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kasus BCA, penting untuk mengukur pencapaian ini karena untuk memastikan apakah upaya ekspansi, inovasi produk, serta adopsi teknologi digital telah berhasil mencapai target yang diharapkan, misalnya pertumbuhan nasabah, peningkatan laba, dan kepuasan pelanggan. Menurut Robbins (1990), agar pendekatan ini efektif, organisasi harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur. Selain itu, konsensus atas tujuan tersebut diperlukan untuk menghindari konflik kepentingan antar bagian dalam organisasi. Kendati demikian, pendekatan pencapaian tujuan memiliki kelemahan dalam mengukur efektivitas organisasi BCA. Robbins (1990) mengungkapkan bahwa tujuan organisasi yang dikomunikasikan secara formal sering kali tidak mencerminkan tujuan sebenarnya yang ingin dicapai, sehingga validitas pengukurannya cenderung rendah. Misalnya, jika BCA hanya berfokus pada peningkatan laba sebagai indikator keberhasilan, faktor-faktor lain yang juga penting, seperti peningkatan kualitas pelayanan nasabah atau kepuasan karyawan, bisa terabaikan. Oleh karena itu, mengukur pencapaian tujuan harus dipertimbangkan bersama pendekatan lain untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif.

2. Pendekatan Sistem

Pendekatan Sistem melihat organisasi sebagai entitas yang mengolah input untuk menghasilkan output, yang kemudian dinilai berdasarkan efektivitas pengelolaan hubungan dengan lingkungannya, termasuk pemasok, serikat pekerja, konsumen, dan pemerintah (Robbins, 1990). Dalam konteks BCA, mengukur efektivitas organisasi menggunakan pendekatan ini berarti menilai kemampuan BCA dalam menjaga aliran input (seperti modal, teknologi, dan tenaga kerja), memprosesnya secara efisien, serta mendistribusikan output secara optimal. Pengukuran efektivitas organisasi melalui pendekatan sistem penting karena BCA harus mempertahankan hubungan yang kuat dengan pihak eksternal, seperti pemerintah, guna memastikan keberlanjutan operasional.Sebagai contoh, dalam menghadapi krisis ekonomi, BCA harus memastikan ketersediaan modal yang cukup untuk menjaga stabilitas dan mengurangi risiko penarikan dana besar-besaran oleh nasabah. Dalam hal ini, efektivitas diukur dari keberhasilan BCA dalam menjaga hubungan dengan pemasok modal dan menjalankan strategi manajemen risiko yang tepat. Robbins (1990) menyatakan bahwa pendekatan sistem sangat berguna untuk organisasi yang bergantung pada masukan eksternal dan menghadapi lingkungan yang dinamis. Meskipun demikian, pengukuran efektivitas melalui pendekatan ini bisa bias karena lebih fokus pada proses, sehingga mengabaikan tujuan utama yang ingin dicapai.

3. Pendekatan Konstituensi Strategis

Pendekatan ini mirip dengan pendekatan sistem, tetapi dengan fokus pada konstituen strategis atau pihak-pihak yang dianggap paling penting bagi kelangsungan organisasi (Robbins, 1990). Bagi BCA, konstituen strategis bisa berupa nasabah besar, pemerintah, pemegang saham, dan komunitas lokal. Mengukur efektivitas dengan pendekatan ini berarti BCA harus menilai apakah organisasi mampu memenuhi harapan konstituen-konstituen ini, yang merupakan elemen kunci dalam menjaga keberlanjutan dan reputasi perusahaan.Sebagai contoh, BCA mungkin harus mempertahankan standar kepuasan nasabah yang tinggi sebagai prioritas, mengingat bahwa nasabah merupakan konstituen utama dalam industri perbankan. Dalam hal ini, mengukur kepuasan nasabah secara teratur dapat memberikan gambaran apakah BCA mampu memenuhi kebutuhan dan harapan mereka. Menurut Robbins (1990), efektivitas akan tercapai jika organisasi dapat memuaskan konstituen strategisnya, karena mereka memiliki pengaruh besar terhadap kelangsungan hidup organisasi. Meskipun demikian, tantangan dalam pendekatan ini adalah menentukan konstituen strategis yang tepat, karena bisa terjadi bias kepentingan saat memilih pihak mana yang dianggap paling penting.Menurut pendapat saya, mengukur efektivitas organisasi secara teratur setelah dilakukan perubahan adalah langkah penting untuk memastikan bahwa perubahan yang diterapkan berfungsi sesuai harapan dan memberikan dampak positif. Dalam mengukur efektivitas ini, pendekatan Pencapaian Tujuan, Sistem, dan Konstituensi Strategis masing-masing menawarkan perspektif yang berbeda dalam menilai keberhasilan organisasi. Dengan pendekatan yang terintegrasi, organisasi dalam hal ini yaitu BCA dapat memastikan bahwa strategi dan perubahan yang telah dilakukan berhasil memenuhi kebutuhan organisasi dan kepentingan seluruh pihak terkait.

JAWABAN NO.3

Berdasarkan analisis yang saya lakukan, menurut saya desain Birokrasi Mesin adalah pilihan yang paling sesuai untuk Bank BCA dalam melakukan perubahan. Berikut ini saya akan jabarkan beberapa alasan yang mendukung pemilihan ini:

Stabilitas dan Standardisasi Proses

Sebagai bank besar, BCA membutuhkan tingkat standardisasi yang tinggi dalam prosedur dan layanan untuk memastikan konsistensi. Dalam operasi sehari-hari, bank ini harus menjalankan proses-proses berulang, seperti transaksi keuangan dan pemrosesan data nasabah. Sebagai contoh, BCA menerapkan prosedur standar dalam proses penyaluran kredit bagi nasabah, di mana setiap pengajuan kredit harus melalui serangkaian verifikasi ketat yang mencakup pengecekan skor kredit, analisis risiko, dan penilaian kelayakan finansial nasabah. Proses ini diterapkan secara konsisten di seluruh cabang BCA untuk memastikan bahwa setiap pinjaman disalurkan kepada nasabah yang memenuhi kriteria, sehingga mengurangi risiko kredit bermasalah. Dengan desain Birokrasi Mesin, BCA dapat menjaga stabilitas dan memastikan bahwa setiap langkah sudah diatur dan terkontrol dengan baik.

Fokus pada Rutinitas dan Formalisasi

Desain ini cocok untuk tugas yang sifatnya rutin dan bisa diulang, misalnya dalam layanan konsumen, pemrosesan kredit, atau transaksi keuangan. Dengan pembagian tugas yang jelas, BCA bisa menjalankan fungsi-fungsi ini secara efektif dan mengurangi risiko kesalahan. Kita tahu bahwa BCA mengelola transaksi harian seperti penarikan, transfer, dan pembayaran tagihan melalui sistem otomatis yang telah diformalisasikan. Dalam pemrosesan kredit, misalnya, setiap aplikasi kredit harus melalui tahapan yang sama, mulai dari penilaian risiko hingga persetujuan berdasarkan skor kredit yang terstandarisasi. Dengan sistem yang formal ini, BCA dapat meminimalkan kesalahan manusia dan meningkatkan efisiensi dalam melayani volume transaksi yang besar. Sesuai dengan pendekatan birokrasi mesin ini yang mana bertujuan untuk memastikan kontrol yang ketat pada pengambilan keputusan, yang sangat penting untuk pengelolaan risiko di industri perbankan.

Struktur yang Teratur dan Hierarkis

Sebagai organisasi besar, BCA butuh struktur hierarkis yang jelas, di mana setiap departemen, seperti keuangan, hukum, dan risiko, memiliki tanggung jawab khusus. Departemen risiko bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan kredit dan memantau risiko kredit nasabah. Jika ada masalah yang memerlukan intervensi, keputusan akan naik ke manajemen sesuai hierarki, memastikan bahwa masalah diselesaikan di tingkat yang tepat tanpa mengganggu operasi harian cabang. Struktur ini membantu koordinasi antara berbagai unit menjadi lebih lancar sehingga dapat menjalankan perannya dengan tepat dan mengurangi kemungkinan kesalahan.

Kendali pada Lingkungan Eksternal

Dengan menggunakan desain Birokrasi Mesin, BCA juga bisa mengontrol pengaruh eksternal seperti pemasok dan perubahan kebijakan pemerintah. Misalnya, bank bisa mengadopsi integrasi vertikal untuk menjaga rantai pasokan dan pemasaran, sehingga tetap stabil meskipun terjadi perubahan di luar. Langkah ini membuat BCA lebih tahan terhadap ketidakpastian lingkungan eksternal. Ini terjadi saat BCA merespon kebijakan pemerintah tentang pembiayaan UMKM, BCA bekerja sama dengan pemasok teknologi untuk mengembangkan sistem penyaluran kredit mikro secara digital. Melalui kerjasama ini, BCA tidak hanya mengontrol rantai pasokan teknologi tetapi juga dapat menyesuaikan layanan berdasarkan perubahan kebijakan pemerintah. Ini memungkinkan BCA untuk mempertahankan stabilitas meskipun ada perubahan regulasi atau tekanan dari pasar eksternal.

Dukungan untuk Operasi Berskala Besar dan Kompleksitas

Dengan jaringan dan layanan yang luas, BCA menghadapi banyak kompleksitas. Desain Birokrasi Mesin menyediakan kerangka kerja yang terstruktur, membantu bank mengelola proses dengan efisien, dan mengatur standardisasi proses kerja serta anggaran. Contoh: Untuk menangani volume transaksi dan kompleksitas yang tinggi, BCA menerapkan sistem Core Banking yang memungkinkan pemrosesan data secara terpusat. Core Banking ini mengintegrasikan semua cabang BCA sehingga nasabah dapat melakukan transaksi di cabang mana pun tanpa hambatan. Sistem ini juga mempermudah pengaturan anggaran operasional dengan memastikan bahwa setiap cabang mengikuti prosedur dan anggaran yang telah disesuaikan untuk kebutuhan masing-masing wilayah.
Menurut saya, desain ini memungkinkan BCA beroperasi secara stabil dan efisien, memastikan kualitas layanan terjaga, serta mengurangi risiko operasional melalui kontrol dan prosedur yang ketat. Desain ini juga mendukung kebutuhan BCA akan pengelolaan internal yang terstruktur dalam menghadapi tantangan yang ada.

JAWABAN NO.4

1. Sumber Input

Sumber input untuk BCA berasal dari beberapa pihak, di antaranya:
  • Pemasok Teknologi dan Infrastruktur: BCA membutuhkan teknologi dari penyedia perangkat keras dan perangkat lunak untuk mendukung transaksi dan keamanan data.
  • Investor dan Pemegang Saham: Mereka menyediakan modal dan dana investasi yang mendukung operasional BCA.
  • Pemerintah dan Regulator: Sebagai sumber input regulasi, pemerintah menyediakan kebijakan dan regulasi yang harus dipatuhi oleh BCA, termasuk Bank Indonesia dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan).
  • Serikat Buruh dan Tenaga Kerja: Tenaga kerja merupakan sumber daya penting yang menjalankan operasional bank secara langsung.

2. Input

Beberapa input utama BCA untuk menjalankan operasionalnya yakni meliputi:
  • Modal dan Dana: Termasuk modal dari pemegang saham dan investasi yang digunakan untuk mendukung operasional dan pertumbuhan bisnis.
  • Tenaga Kerja: Staf profesional, termasuk teller, customer service, tim IT, manajer risiko, dan tenaga kerja lainnya.
  • Teknologi: Infrastruktur digital, seperti ATM, sistem perbankan online, aplikasi mobile, dan jaringan komunikasi.
  • Perizinan dan Kepatuhan Regulasi: Izin operasional, aturan perbankan, standar keamanan, dan peraturan lain yang wajib dipatuhi.
  • Informasi Pasar dan Data Konsumen: Data tentang tren pasar, kebutuhan pelanggan, serta data transaksi yang membantu dalam perencanaan bisnis.

3. Proses Transformasi

Proses transformasi di BCA mencakup berbagai aktivitas untuk mengubah input menjadi layanan perbankan yang bernilai bagi nasabah, seperti:
  • Pengolahan Dana dan Transaksi: Pemrosesan transaksi keuangan, termasuk transfer, pembayaran, kredit, dan investasi.
  • Manajemen Risiko: Proses untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko keuangan, hukum, dan reputasi.
  • Pengembangan Produk: Pengembangan layanan dan produk perbankan seperti tabungan, deposito, kartu kredit, kredit usaha, serta produk investasi.
  • Layanan Nasabah: Penyediaan layanan pelanggan melalui kantor cabang, call center, serta platform digital seperti aplikasi mobile dan situs web.
  • Pemasaran dan Pengembangan Pasar: Aktivitas pemasaran untuk menarik nasabah baru dan mempertahankan yang sudah ada melalui promosi dan program loyalitas.

4. Output

Output yang dihasilkan oleh BCA adalah:
  • Layanan Keuangan: Produk-produk seperti tabungan, deposito, kredit, kartu kredit, layanan transfer, dan investasi.
  • Sistem Pembayaran Digital: Meliputi layanan e-banking, m-banking, internet banking, serta pembayaran berbasis QR code (QRIS).
  • Keamanan dan Kepatuhan: Jaminan keamanan transaksi dan kepatuhan terhadap standar dan peraturan perbankan.
  • Data dan Laporan Keuangan: Laporan keuangan dan performa yang dipublikasikan untuk pemegang saham dan regulator.

5. Pengguna Output

Pengguna output dari BCA terdiri dari beberapa pihak, antara lain:
  • Nasabah Individu: Menggunakan layanan tabungan, kredit, dan pembayaran digital untuk kebutuhan pribadi mereka.
  • Nasabah Korporasi dan UMKM: Menggunakan layanan perbankan untuk operasional bisnis, termasuk layanan pinjaman, penggajian, dan transaksi keuangan.
  • Pemerintah dan Regulator: Memantau output berupa laporan keuangan dan kepatuhan hukum untuk memastikan BCA menjalankan operasinya sesuai aturan.
  • Pemegang Saham: Menggunakan laporan keuangan dan data kinerja untuk menilai profitabilitas dan memutuskan investasi lebih lanjut.

6. Umpan Balik

Umpan balik (feedback) yang diterima BCA datang dari:
  • Nasabah: Melalui survei kepuasan pelanggan, keluhan, dan masukan yang membantu BCA memperbaiki layanan. Misalnya, jika nasabah menginginkan fitur baru dalam aplikasi mobile, BCA bisa menyesuaikan layanannya berdasarkan permintaan ini.
  • Kinerja Keuangan: Laporan kinerja dan indikator keuangan yang menunjukkan efektivitas strategi, seperti tingkat pertumbuhan tabungan, kredit, dan laba. Ini membantu BCA menilai kinerja dan menyesuaikan strategi jika diperlukan.
  • Regulator: Feedback dari regulator terkait kepatuhan terhadap aturan perbankan. Jika ada perubahan kebijakan, BCA perlu menyesuaikan proses internalnya agar tetap mematuhi aturan yang berlaku.
  • Karyawan dan Serikat Buruh: Melalui evaluasi kinerja, BCA dapat menerima masukan mengenai kondisi kerja, kompensasi, dan kepuasan kerja, yang berdampak pada produktivitas dan retensi karyawan.
Menurut saya, pendekatan sistem sangat relevan untuk BCA karena bank ini beroperasi dalam lingkungan yang kompleks dan penuh regulasi. Dengan pendekatan ini, BCA dapat lebih mudah memahami bagaimana semua elemen yang ada, mulai dari pemasok teknologi hingga nasabah menjadi saling terhubung dalam ekosistem perbankannya. Pendekatan ini juga memungkinkan BCA untuk tidak hanya fokus pada hasil akhir tetapi juga pada kualitas proses yang dilakukan untuk mencapainya, seperti efisiensi pengelolaan dana, efektivitas layanan pelanggan, dan kepatuhan terhadap regulasi. Selain itu, umpan balik dari nasabah dan regulator menjadi elemen kunci dalam meningkatkan layanan BCA. Ketika BCA menerima masukan atau keluhan dari nasabah, bank dapat segera beradaptasi dan membuat perbaikan yang diperlukan, seperti menambah fitur baru pada aplikasi mobile banking atau memperbaiki kecepatan layanan di cabang.Ini memberikan keuntungan kompetitif bagi BCA dalam menjaga loyalitas nasabah di tengah persaingan yang semakin ketat.
...
Ingin Tuton/TMK kamu jadi lebih mudah dan cepet kelar dengan bantuan AI? Dapatkan template AI buat nugas, belajar, dan lainnya di BCB Academy (Klik di sini untuk selengkapnya!).

Yuk, bagikan tulisan ini untuk menginspirasi lebih banyak teman mahasiswa lainnya untuk belajar dan mengerjakan tugas tepat waktu!

Kata Kunci: keuangan digital, manajemen risiko, strategi investasi, layanan perbankan, efisiensi operasional
Daftar Pustaka
  • Fitriningrum, A., Pulungan, A. H., & Wijayanto, G. F. (2020). The impacts of acquisition on the bidder’s cash flow structure: The case of PT Central Sentosa Finance acquisition by PT Bank Central Asia. Jurnal Manajemen (Edisi Elektronik), 11(2), 126–138. https://doi.org/10.32832/jm-uika.v11i1.3106
  • Nurmutia, E. (2024, Januari 25). Laba bersih BCA tembus Rp 48,6 triliun, tumbuh 19,4% pada 2023. Liputan6.com. https://www.liputan6.com/saham/read/5513724/laba-bersih-bca-tembus-rp-486-triliun-tumbuh-194-pada-2023
  • Purwanto, A. J. (2014). Teori organisasi (Edisi ke-2). Universitas Terbuka.
  • Robbins, S. P. (1990). Organization Theory: Structure, Design, and Applications (3rd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
  • Winasis, Shinta & Djumarno, & Riyanto, Setyo & Ariyanto, Eny. (2020). Digital Transformation in the Indonesian Banking Industry: Impact on Employee Engagement. 12. 528-543.